Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) diikuti dengan munculnya problem-problem etis yang lebih baru dan beragam. Sebagai contoh berkembangnya nuklir. Sering dikatakan bahwa senjata nuklir adalah senjata pemusnah masal. Ledakan nuklir mampu menghanguskan permukaan bumi dalam hitungan menit bahkan detik. Tentu juga bisa menghilangkan nyawa manusia dalam sekejap.
Fenomena Nuklir serta Problemnya
Dunia tercengang saat Nagasaki dan Hiroshima, dua kota di Jepang, luluh lantah oleh bom nuklir sekutu. Manusia pada saat itu hanya dilihat sebatas segi fisik yang tidak diakui nilai dan martabatnya. Ribuan bahkan jutaan nyawa tewas bahkan bersama dengan Kemanusiaannya. Sebab itu, tidak sedikit pelopor sekaligus pengembang nukliryang pada akhirnya merasa bersalah. Karena hasil penemuannya ternyata sangat merugikan serta digunakan untuk menumpas manusia lainnya.
Penemuan nuklir sekaligus membawa problem di bidang etis juga. Timbulnya problem etis yang serius, pada akhirnya menuntut manusia untuk mengembangkan etika (moralitas), sehubungan dengan berkembangnya senjata-senjata pemusnah masal yang jauh lebih mengerikan. Akibtanya, studi tentang etika (membahas tentang baik dan buruk) begitu pesat. filsafat moral mendapat tempat khusus di banyak universitas di dunia.
Semakin berkembangnya IPTEK, semakin dibutuhkan Etika untuk menjaga moralitas umat manusia. Semakin modern pada akhirnya dibutuhkan ajaran moral yang tepat untuk mengatur tingkah laku manusia agar tidak terperosok pada perilaku imoral atau cacat moral.
Relevansinya dengan Agama
Jika dikaitkan dengan agama, maka agama sebagai lembaga pemroduksi moral, disamping budaya dan sistem nilai lainnya, selalu akan mendapatkan momentum yang tepat di abad modern. Karena dalam ajaran agama terdapat banyak sekali ajaran tentang baik dan buruk yang sumbernya dari Tuhan langung.
Apabila umat manusia meninggalkan agama maka yang terjadi adalah chaos (kekacauan) nilai. Manusia tidak jauh berbeda dengan hewan yang saling membunuh untuk bertahan hidup. Kesadaran mengembangkan etika pasca terjadinya Perang Dunia II juga tidak lepas konteksnya dengan hal ini.
Karenanya, seruan kembali untuk menekuni dan mempelajari nilai-nilai agama sangatlah urgen saat ini. Dengan dibarengi agama tentunya problem-problem etis paling tidak bisa diminimalisir. Manusia bisa mengontrol perilakunya supaya perilaku tersebut berada dalam koridor etika dan norma yang baik.
Oleh karena itu, sejatinya semakin modern maka semakin butuh akan agama, tentunya demi kebaikan semesta. Dengan setumpuk masalah di bidang etis maka semakin menegaskan bahwa agama adalah fenomena masa depan, bukan hanya fenomena masa lalu.
Bagi penulis sangat keliru bila ada yang mengatakan ketika seorang manusia yang beragama kemudian dikesankan sebagai makhluk primitif, beragama justru fenomena menjadi makhluk lebih modern, berkamanusiaan yang adil dan beradab.
Penulis : Rafi T.Haq