Samar.ID — Viral di media sosial facebook, salah seorang Pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL), Luthfi Assyaukani mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. Hal tersebut ia tulis dalam laman facebook miliknya pada kamis (26/07/2023). Hingga saat ini postingan tersebut telah mendapatkan 878 tanggapan, 216 komentar dan 102 kali dibagikan.
Luthfi dulunya merupakan aktivis Islam. Ia pernah belajar pada jurusan hukum Islam di Yordania. Kemudian mengambil magister di ISTAC Malaysia dan mendapat gelar Ph.D program islamic studies di Melbourne, Australia. Bersama Ulil Abshar Abdalla (Tokoh muda NU waktu itu) ia pernah mendirikan Jaringan Islam Liberal (JIL) tahun 2001. Sekarang, ia merupakan pengajar di Universitas Paramadina serta deputi direktur di Freedom Institute.
Dalam tulisannya tersebut ia mengutip pendapat seorang astrofisikawan, Neil deGrasse Tyson, yang mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. Ia juga mengatakan bahwa tuhan yang maha pengasih, maha penyayang, dan maha peduli pada manusia Itu cuma ilusi dan khayalan manusia. Sebab itu ia tidak mempercayainya.
Menurutnya, jika Tuhan maha mengetahui dan maha pengasih, tentu Dia tidak akan membiarkan berbagai kejatahan terjadi di muka bumi ini. Namun kenyataanya masih banyak kejatahan seperti pemerkosaan dan pembunuhan yang masih saja terjadi. Dalam pendapatnya, tak ada sedikitpun reaksi Tuhan atas segala kejatahan tersebut.
“Keberadaan tuhan telah lama menjadi perdebatan manusia, khususnya di kalangan filsuf. Salah satu argumen paling kokoh menyangkut keberadaannya adalah dalil theodicy. Dalil ini mengatakan, kalau tuhan maha mengetahui dan maha pengasih, maka dia tak akan membiarkan ada kejahatan di muka Bumi. Tapi kejahatan ada banyak sekali. Ada banyak manusia memperkosa, membunuh, dan menyakiti manusia lain dengan begitu kejinya, dan tak ada reaksi apapun dari tuhan” tulisnya.
Pengajar di Universitas Paramadina itu juga mengatakan bahwa umat beragama yang menganggap Tuhan itu ada mereka sebenarnya hidup dalam delusi.
“Kaum beragama terus menganggap tuhan ada karena mereka hidup dalam delusi. Menurut mereka, tuhan wajib ada, betapapun absurd dan kontradiksinya dia. Mau sekeji dan sebrutal apapun kejahatan yang dilakukan manusia, tuhan harus dianggap ada “ menurut keterangannya.
Ia juga menyinggung masalah toa masjid yang menurutnya sangat mengganggu orang lain. Baginya, toa masjid bukanlah syiar dan dakwah . Suara kerasnya toa masjid yang menyebabkan sebagian tidak nyaman baginya merupakan kejatahan juga. Lanjutnya, lagi-lagi ia mengatakan Tuhan hanya diam saja atas kejatahan ini.
Diamnya tuhan atas berbagai kejatahan –termasuk suara toa masjid– yang ada di dunia ini menurut Luthfi karena Tuhan itu tidak ada.
“Lalu, mengapa tuhan membiarkan saja ada ribuan orang terganggu dengan suara yang mengatasnamankan dirinya itu? Bukankah tuhan maha mengetahui dan maha pengasih bagi seluruh hambanya? Tidakkah dia bisa menghentikan suara-suara keparat itu? Jawabannya sederhana, seperti yang diungkapkan Neil deGrasse Tyson: karena tuhan tidak ada” pungkasnya.
Beragam respon tertuju pada postingan ini. Ada yang pro dengan argumentasinya, namun banyak juga yang kontra dan melawan balik postingan kontroversial tersebut. Misalnya komentar kontra terhadap postingan Luthfi atas nama Syamsurijal Al-Gholwasy Al-Maliky.
“Jika hanya karena (anggapan) Tuhan tidak bisa menghentikan kejahatan, maka Dia dianggap “tidak ada”. Maka, kita juga bisa mengatakan bahwa “akal anda tidak ada”, karena anda tidak bisa menyelesaikan semua persoalan atau sekadar persoalan Toa tok. Lantas bagaimana mungkin kita bisa percaya pada proposisi “tidak ada Tuhan” nya orang yang tidak punya akal” tulis Syamsurijal.
Penulis : Rafi T. Haq