Beberapa hari yang lalu di Indonesia dilanda bencana alam. Bencana alam yang hari ini terjadi silih berganti seakan Allah sedang menegur kita dengan teguran yang keras. Sebelumnya, bencana longsor yang terjadi di Kabupaten Sumedang, langsung disusul bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan. Seakan bencana tersebut membawa pesan untuk kita selaku manusia agar senantiasa ingat atas perilaku di atas bumi ini.
Tentunya sudah tidak terelakan lagi kerugian atas terjadinya bencana tersebut. Kerugian materil maupun non-materil. Tidak dimungkiri lagi berbagai bencana alam itu disebabkan oleh perilaku fasad kita. Allah telah mewanti – wantu dalam firmannya Q.S Al – Baqoroh : 60 “ telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan meraka.
Agar mereka kembali ke jalan yang benar.” Pertanyaannya harus berapa kali lagi Allah menegur kita agar umat manusia ini tersadar untuk selalu menjaga kelestarian alam? Nampaknya benarlah orang bijak berkata segala isi dunia ini akan cukup untuk memenehui kebutuhan manusia akan tetapi tidak akan cukup untuk memenuhi keserakahan manusia itu sendiri.
Manusia telah diperlakukan oleh Allah sebagai mahkluk yang istimewa sampai Allah menjadikan manusia itu khalifah dimuka bumi. Padahal manusia merupakan mahkluk yang senantiasa merusak dan menumpahkan darah. Akal dan kemauan untuk belajar yang menjadikan manusia itu istimewa. Dengan potensi tersebut manusia bisa lebih mulia dibanding malaikat bisa pula hina melebihi hinanya hewan ternak. Paradok memang, namun itulah kenyataan yang harus kita terima.
Kiranya manusia haruslah mau merenungi kembali apa yang menjadai tanggung jawabnya sebagai khalifah dimuka bumi ini. Kita dikaruniai akal pikiran agar kita menjadi arif dan bijaksana menyikapi problematika yang ada. Apalagi kaum terpelajar menurut Pramoedya Anantatoer, kaum terpelajar haruslah belajar bersikap adil sejak dalam pikiran, yang pada akhirnya adil pula dalam perbuatannya. Berbagai fenomena yang terjadi saat ini menuntut kita untuk kembali kepada jalan yang benar, menahan sifat keserakahan kita agar tidak berbuat fasad di bumi ini. dengan demikian hal tersebut akan menjadi maslahat bagi sesama.
Oleh : Sidiq Rahmat M (Ketua Umum PK IMM Inggit Garnasih)