Tak usah ditanya seberapa besar kegembiraan setiap orang (islam) tatkala idul adha tiba. Jawabannya sudah jelas karena bakal ada daging (sapi, kambing, unta) sebagai menu masakan di hari itu, kecuali ada yang lagi tidak beruntung saja. Hehe. Selain kegembiraan makan daging, tentu perjumpaan dengan sanak saudara, kerabat, teman dekat dan keluarga besar jadi salah satu penambah keriang-gembiraan di kala takbir idul adha dilantunkan. Bukannya begitu?
Saya juga sama seperti pembaca, merasakan dua kenikmatan itu hampir tiap bulan dzulhijjah datang. Bisa makan daging, nyate, berjumpa keluarga –walaupun belum tentu bertemu tulang rusuk. Itu semua patut disyukuri sebagai salah satu nikmat yang banyak (al-kautsar) dari Tuhan untuk semesta. Karena berbagai macam profesi, kelas ekomoni, pejabat ataupun rakyat, tua dan muda, saya yakin di idul adha ini paling tidak pernah mencicipi daging qurban tersebut.
Soal judul tulisan ini barangkali ada yang bertanya “kenapa saya harus malu makan daging qurban? Ini yang ingin saya sampaikan pada pembaca sekalian. Terkadang di idul adha saat ini kita kurang menyadari ada beberapa poin yang tetap harus diingat berkaitan dengan ibadah qurban. Pertama, Ibadah qurban merupakan bentuk dari bersyukur atas nikmat yang banyak (al-kautsar) dari Allah. Sebab itu di momen idul adha jangan lupa untuk bersyukur, bukan gara-gara bertemu makanan empuk (daging) saja, tapi juga atas seluruh kenikmatan, baik yang terasa maupun tidak.
Kedua, tetap menjaga salat lima waktu. Di dalam surah al-Kautsar ayat 2 dijelaskan “Maka salatlah kepada Tuhanmu dan berkurbanlah”. Berkurban tidak ada apa-apanya tanpa mengerjakan salat. Banyak bersyukur dan rajin salat lima waktu harus tetap dititik beratkan di tengah euphoria idul adha ini. Yang harus malu adalah mereka yang tiap tahun makan daging qurban, tapi salat lima waktu seperti kuda zebra (belang-belang) dan mereka yang tidak pernah mau bersyukur.
Kadang kita hanya mau yang enaknya saja, urusan perut saja yang terus dituruti. Padahal berbarengan dengan ibadah qurban, dua hal di atas juga harus dilakukan oleh kita. Bukan di kala meuncit hewan qurbannya saja yang suka bariweuh, tapi di luar itu seperti salat, harus tetap digembirakan. Dan jika diselami, Ibadah qurban merupakan Pepeling SosialBerskala Besar (PSBB) yang harus dicatat oleh seluruh umat islam di seluruh jagad bumi ini, kan?
Saya juga malu bila tiap kali menerima daging kurban. Pertama, karena masih sangat sedikit sekali bersyukur, bahkan lupa untuk bersyukur. Kedua, karena belum tartil dan khusyu dalam salat. Ketiga, mungkin di luar sana (umat agama lain) ada yang kelaparan dan belum bisa makan (tidak kebagian) daging kurban seperti di tengah umat islam hari ini. Mudah-mudahan ibadah qurban hari ini bukan Cuma melepas lapar saja, tapi juga melepas dosa dan amal-amal buruk kita sehari-hari.