Dalam sebuah pendidikan, proses pendidikan menjadi hal yang utama. Proses pendidikan menyertai dua pelaku, yakni pendidik dan peserta didik. Menurut Prayitno menyatakan bahwa dalam proses pendidikan hendaknya ada kedekatan antara pendidik dan peserta didik. Sebuah hubungan yang merekatkan dua pelaku. Hubungan ini harus mengarah terhadap tujuan intrinsik pendidikan. Yang tentunya hal tersebut dapat dibangun atas dasar rasa kasih sayang, baik itu kasih sayang antara guru dengan peserta didik, maupun dengan peserta didik lainnya.

Kasih sayang memiliki makna yang tidak berujung, sebab pada dasarnya kasih sayang merupakan fitrah atas tiap-tiap diri manusia. Kasih sayang merupakan perasaan terkasih; tercinta yang tulus dari lubuk hati kepada sesamanya. Dalam berkasih sayang tidaklah ditentukan oleh jarak, waktu dan tempat. Seperti dalam sebuah hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah bersabda: “… Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia).” (H.R Ath- Thabrani).

Proses pendidikan biasanya identik dengan sebuah pertemuan antara pendidik dan peserta didik. Dalam pertemuan tersebut, para peserta didik merasakan hal yang berbeda-beda. Ada yang merasa takut jika bertemu dengan pendidik, ada yang merasa bersemangat, ada juga yang merasa senang, bahkan ada pula yang merasa hambar. Perasaan yang dihasilkan sungguh beragam, hal ini terlihat saat bagaimana proses pendidikan itu terjadi.

Saat pendidik hanya melakukan sebuah kewajiban untuk memberi materi saja, seperti itulah para peserta didik yang menganggap bahwa tugasnya hanya sekedar menerima materi. Yang pada akhirnya, proses pendidikan akan terasa membosankan. Prinsip pendidik menjadi, saat materi sudah tersampaikan, terlebih itu dipahami atau tidak, itu sudah dianggap terpenuhi. Sedangkan peserta didik merasa bahwa pendidikan menjadi tidak se-penting itu.

Inilah salah satu kesalahan yang kerap sekali terjadi dalam proses dunia pendidikan. Kesalahan fatal yang sering diabaikan. Ini harus segera diperbaiki demi keberhasilan dan kemajuan para penggagas ide cemerlang sekaligus para penerus bangsa. Sebab, menjadi pendidik tidak hanya soal memberi asupan materi namun juga memberi taburan kasih sayang di dalamnya.

Mengapa harus dengan kasih sayang? Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dasar baik dalam sebuah hubungan dibangun atas dasar rasa kasih sayang. Tentulah untuk memperbaikinya harus dengan taburan kasih sayang. Dalam kasih sayang, termaktub pernyataan tulus dari kehendak hati masing-masing. Ketulusan inilah yang nantinya akan melahirkan sebuah pengorbanan atas sesuatu, menekan keegoisan demi kesatuan. Demi mewujudkan kata kita; bukan lagi aku dan kamu. Kasih sayang juga dapat mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.

Hubungan baik ini biasa disebut dengan hubungan harmonis. Hubungan harmonis adalah proses keselarasan antara dua orang yang berbeda. Tentu ini menjadi jalan keluar yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar pendidik dan peserta didik dapat menjalin hubungan yang harmonis. Yang di mana, saat keduanya berhasil mewujudkan hubungan yang harmonis, keadaan dalam proses pendidikan akan menjadi penuh kasih dan kebahagiaan. Pendidik dan para peserta didik akan menempatkan dirinya sebagai subjek, bukan sebagai objek atau lainnya. Inilah sebuah proses tepat yang seharusnya terjadi dalam proses pendidikan antara pendidik dan peserta didik. Sebab, saat keduanya terus berada dalam ketidakselarasan, setiap proses yang ditempuh akan terus terasa hambar dan tidak bermakna.

Oleh : Hanipatudiniah Madani