samar.id – Stunting merupakan dampak yang diterima anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang sempurna dari para orang tuanya. Anak yang terkena Stunting memiliki ciri yang sangat kentara antara lain kurangnya pertumbuhan tinggi badan dibanding anak-anak seusianya.
Menurut WHO tahun 2015 dijelaskan bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Indonesia sebagai negara yang sedang memasuki periode bonus demografi sudah barang tentu akan memperhatikan perkembangan generasi-generasi mudanya. Sebab bisa dikatakan generasi yang tumbuh tetapi terdampak stunting berpotensi menghambat produktifitas mereka di masa yang akan datang.
Kementerian Kesehatan yang secara tugasnya ialah menjamin kesehatan rakyat telah memulai program pengentasan stunting dari beberapa tahun terakhir. Sebagai bentuk dukungan untuk menjaga atau menjamin perkembangan generasi agar di tahun 2045 generasi emas Indonesia dapat terwujud.
Dalam perkembangannya Kementerian Kesehatan sudah melakukan banyak edukasi dan kerjasama kepada masyarakat baik secara langsung maupun melibatkan dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan demi menurunkan angka stanting.
Hasil dari kerja dari program tersebut bisa jika dilihat dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) disebutkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan, jika di tahun 2021 kasus stunting berjumlah 24,4% maka di tahun 2022 disebutkan sebesar 21,6%.
Saat menggelar Rapat Koordinasi Pengawasan Intern Pemerintah, Rabu (14/6) Presiden Jokowi menyoroti perkembangan program penanganan stunting. Terlebih yang disorotinya ialah masalah dana anggaran program.
Dilansir dari republikaonline, Presiden Jokowi mengungkapkan kekesalannya atas pengalokasian dananya yang dinilai kurang tepat sasaran. Lebih banyak dana yang dihabiskan untuk kepentingan-kepentingan yang tidak langsung berdampak kepada masyarakat penerima.
“Contoh, ada anggaran stunting Rp 10 M, coba cek liat betul untuk apa Rp 10 miliar itu. Jangan membayangkan nanti ini dibelikan telur, susu, protein, sayuran Rp 10 miliar. Coba dilihat detil, saya baru saja minggu yang lalu saya cek di APBD Mendagri, coba saya mau lihat Rp 10 miliar untuk stunting. Cek perjalanan dinas Rp 3 miliar, rapat-rapat Rp 3 miliar, penguatan pengembangan apa-apa blablabla Rp 2 miliar, yang untuk bener-bener beli telur itu nggak ada Rp 2 miliar. Kapan stuntingnya akan selesai kalau caranya seperti ini,” Ungkap Jokowi.