Selama ini mungkin kita sangat mudah menemukan kawan, tetangga, bahkan sahabat dekat yang suka mengeluh. Biasanya kita dapati ketika interaksi atau intensitas pergaulannya sudah mulai tinggi. Penulis mengangkat tema ini merujuk dari salah satu konten sahabat kami yang membuat sebuah konten selfreminder. Dari konten tersebut, disampaikan dengan tegas diawal bahwa “manusia diciptakan dengan sifat suka mengeluh”. Tanpa menyebutkan sember pernyataan tersebut, bagi sebagian kita yang jarang “ngaji” mungkin berpikir apa landasannya menyampaikan pernyataan tersebut. Mana mungkin ia menyampaikan pernyataan tersebut tanpa memiliki rujukan yang jelas.
Dapat dipastikan sahabat kami tersebut merujuk salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang dengan jelas menyebutkan pernyataan tersebut. Ayat tersebut terdapat dalam QS. Al-Ma’arij (70) ayat 19, yang berbunyi: “Innal-insāna khuliqa halụ’ā” yang artinya “Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir.” Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa memang Tuhan telah menanamkan sifat tersebut dalam diri setiap manusia. Sehingga tak heran jika kita akan mudah menemukan orang-orang disekitaran kita melakukan hal tersebut, karena memang sifat tersebut sudah melekat. Bahkan mungkin kita bisa menyatakan bahwa manusia itu wajar jika ia mengeluh. Mengeluh adalah tanda atas ketidak sempurnaan kita sebagai manusia, dan menjadi poin penting tentang pembeda antara malaikat dan manusia.
Lalu pertanyaan selanjutnya, jika memang mengeluh itu wajar sebagai sifat yang melekat pada diri manusia lantas dibiarkan saja tanpa mampu dikontrol? Jawabannya tentu saja harus dikontrol dengan baik. Sama halnya dengan nafsu, manusia diciptakan memiliki hawa nafsu. Nafsu yang dimiliki manusia itu dapat memperdayakan sehingga si manusia harus mempu mengontrol hawa nafsu tersebut. Jadi manusia memiliki potensi untuk mengatur semuanya, tinggal bagaimana si manusianya memiliki kesungguhan atau tidak dalam mengatur semuanya.
Manusia diberi akal untuk berpikir, dan melalui akal tersebut ia diberi kesempatan untuk memikirkan setiap pilihan yang ada dihadapannya. Melalui kitab suci, manusia memiliki panduan untuk memilih setiap jalan, manakah jalan terbaik untuk kebahagiaannya di dunia maupun di akhirat. Bagi manusia yang sadar ia akan berusaha untuk memilih jalan baikan, walaupun tentu saja tantangan-tantangan ketika memilih jalan selalu membayangi. Sama seperti mengeluh dan kikir sebagai sifat yang melekat, harus berusaha untuk dikontrol dengan sebaik dan semaksimal mungkin.
Kesimpulan dari uraian ini ialah memang benar bahwa mengeluh adalah sifat suka mengeluh dan juga kikir. Hanya saja manusia tetap diberi kesempatan untuk menjauhi setiap sifat yang buruk. Sehingga sifat mengeluh dan juga kikir tersebut mampu diatur dengan baik dan tidak menjadi penghambat suksesi kebahagiaan puncak di kehidupan setelah mati. Wallahu’alam
Penulis: Abu Kafia