Pandemi Covid-19 masih berlanjut dan makin hari semakin menunjukan eksistensinya, korban dari waktu ke waktu kian bertambah sementara vaksin masih belum menunjukan tajinya.

Hari bertemu hari, bulan bertemu bulan. Seiring berjalannya waktu nampaknya manusia agak mulai “bodo amat” mengenai kenyataan yang terjadi di depan mata mereka. Tentang bahayanya virus ini, tentang korban jiwa,  tentang ancaman ekonomi, dan tentang segala hal buruk yang terjadi akibat si virus. (Tidak separno awal-awal virus datang)

Kini, di Indonesia khususnya, sudah memasuki babak baru, dimana “new normal” atau kenormalan baru mulai diwacanakan dan pelan-pelan diterapkan. Berbagai kegiatan  mulai dijalankan kembali yang sebelumnya sempat diliburkan, di antara kegiatan itu adalah Pernikahan.

Entah hanya perasaan penulis atau memang begitu adanya, rasa-rasanya undangan pernikahan datang silih berganti  memenuhi tanggal pada kalender. Kebayang dong berapa kali harus bikin kado dan amplop untuk datang kehajatan mantan, eh teman maksudnya. hehe.

Seakan tidak peduli tentang kenyataan bahayanya virus ini, “Jika cinta sudah menyapa rintangan tak nampak, duka menjadi bahagia, tangis jadi tawa, segala rintangan akan dilalui hanya agar aku dan kamu menyatu” eaaks

Memang benar kata orang, cinta tak butuh alasan kenapa cinta harus menyatu. Biarpun pandemi menghadang tak bisa menjadi alasan yang menyebabkan aku dan kamu batal menjadi “kita”. Tak butuh alasan, jika cinta sudah melekat maka akad menjadi saksi kesuciannya.

Dengan tetap memenuhi protokol kesehatan yang disarankan medis pernikahan tidak boleh dibatalkan apapun yang terjadi, niat suci dua sejoli telah menghancurkan kenyataan kotor mengenai virus ini.

Bagi kedua mempelai ada tugas tambahan, disamping harus saling menjaga perasaan jangan lupa juga saling menjaga kesehatan. Untuk mantan yang hadir,  jaga kesehatan dan keikhlasannya ya. Untuk tamu undangan, disamping harus jaga kesehatan jangan lupa juga jaga keimanan, jangan sampe iri ya bos,  hehe.

Jadi kita gak bisa buat-buat tuh alasan batal nikah, “Mau gimana lagi bukan gak mau nikah, cumankan pandemi” halah, bilang aja gak siap nikah atau gak cinta, jangan buat dia menelan harapan-harapan semu dan menanti ketidak jelasan. Ingat! Cinta tak butuh alasan tapi cinta butuh balasan.

Kalo emang bener niat ngawinin anak orang dan udah siap, apalagi orang tuanya udah setuju, nunggu apalagi ya kan? Jangan jadiin pandemi sebagai alasanmu gak nyeriusin menikah, kalo cinta perjuangkan, kalo enggak tinggalkan, gitu aja kok repot.

Untuk yang rencana pernikahannya tidak batal oleh alasan apapun, yang cintanya tak luntur oleh situasi bagaimanapun, yang berani menyatakan untuk menyatukan dan menghalalakan hubungannya, satu kata buat kamu “you are amazing” salam uwuw buat kalian dari kaum tuna asmara (jomblo nawaitu).

Apapun itu, mudah-mudahan  yang niat menikah di masa pandemi ini diberi kelancaran, kesehatan dan menuntun kepada pernikahan yang diridhai Allah swt, sehingga sakinah mawadah warahmah seperti yang dicita-citakan, Aamiin.

Oleh : Kurniawan Aziz In