Trauma masa lalu yang mendalam bagi kalangan “Anti PKI” yang tidak ingin sejarah kelam itu terjadi lagi, menjadi sebuah daya tarik media masa di bulan September. Setiap bulan September pasti selalu saja “Tergoreng” isu-isu tentang kebangkitan PKI. Bahkan, untuk bulan September saat ini, penulis sampai merasa heran ketika membuka smartphone, buka WA PKI, buka IG PKI, buka Yt PKI, bahkaan buka tiktok pun tentang PKI. Akhirnya penulis mencoba keluar rumah dan mencari teman untuk sekedar “ngangin”, dan yang didapati adalah obrolan-obrolan tentang PKI.
Awalnya penulis merasa gusar dengan hal itu, akhirnya kembali ke rumah dan membuka YouTube yang isi berandanya tentang PKI ─namun beruntung sekali isi berandanya adalah tentang sejarah, bukan tentang Kpop─ dan penulis menemukan thumbnail yang berjudul, “GATOT NURMANTYO DIUSIR!! SAAT DEKLARASI KAMI (KOALISI AKSI MENYELAMATKAN INDONESIA) DI SURABAYA” (ini beneran begitu thumbnail nya, kapital semua, jadi bacanya ngegas yah).
Sekelas eks Panglima TNI Jenderal Purn. Gatot Nurmantyo saja bisa diusir, beliau yang terkenal dengan ketegasannya diusir oleh aksi masa yang mengatas namakan KITA (Koalisi Indonesia Tetap Aman) nanti ada lagi, “KAMU + AKU = KITA”, iwwwuuuuh… Penulis menontonnya hingga akhir, dan ketertarikan penulis berujung pada konten-konten tentang PKI. Namun, tidak sampai menonton film nya secara full, karena sejak kecil, penulis sudah sering menontonnya, bahkan menjadi film favorit pada saat itu. Bukan karena sejarahnya, tapi karena scene-scene perangnya yang membuat seru, dasar bocil.
Penulis pun mencoba untuk berdiskusi dengan bapaknya, yang kebetulan beliau seorang serdadu juga. Penulis bertanya, “Pak, kenapa sih PKI tuh berbahaya?”, “MAEUNYA TEU APAL?! KAN TI LEULEUTIK DIAJARKEUN KU BAPAK!!” (digas dong), Bahasa Sunda yang artinya “Masa gak tau? Kan dari kecil sudah diajarin sama bapak!!” . Namun, tidak sampai di situ, bapak berumur 47 tahun yang berpangkat Kapten ini memaparkan dan akhirnya menjadi diskusi yang hangat.
Kesimpulan dari obrolan tersebut, jika kita ingin melihat kebiadaban PKI, jangan hanya melihat pada peristiwa G30S/PKI saja. Lihat juga pada pembantaian terhadap umat Islam di Madiun pada tahun 1948, kemudian dari tahun 1964, 1963, 1962, banyak terjadi penyerangan-penyerangan terutama terhadap umat Islam. Seperti yang terjadi di Kanegoro, Pemuda Rakyat (underbow nya PKI) menyerang tempat kaderisasinya PII, menyerbu masjid di Malang, dsb. Belum lagi pada awal tahun 1965 tanggal 15 Januari di Kediri, ribuan orang PKI menyerang petani Soetarno hingga tewas, bahkan satu petugas yang mencoba melerai pun tewas, dengan dalih sengketa tanah. Aksi-aksi keji PKI ini tidak hanya terjadi di Kediri saja, di Indramayu, Boyolali, Klaten, dll.
Tak cukup sampai di situ, penulis pun terus menelusuri wawancara-wawancara eksklusif terhadap saksi sejarah, baik itu keluarga korban maupun tokoh-tokoh yang terlibat dalam pengkhianatan G30S PKI. Seperti pasukan KKO yang bertugas sebagai pengangkat jenazah para perwira TNI korban kebiadaban PKI, kemudian para pakar sejarah pun penulis tekuni, karena saking penasaran dengan sejarah tersebut.
Gerakan-gerakan underground PKI atau paham komunis ini sebenarnya dapat dirasakan, seperti perkataan Jenderal Purn. Gatot Nurmantyo, “Komunisme ini, memang tidak bisa dilihat, namun dapat dirasakan”. Sejak dahulu, PKI beserta antek-anteknya memahami bahwa Islam adalah tembok yang paling scary-scary delicious (ngeri-ngeri sedap) untuk dihadapi, dan ditegaskan pula oleh Jenderal Purn. Gatot Nurmantyo “Umat Islam adalah benteng terakhir dalam melawan komunisme”. Maka dari itu, misi utama PKI adalah memisahkan Islam dengan Pancasila, bagaimana bisa PKI memisahkan Islam dengan Pancasila?
Pertama, merekrut orang-orang Islam lemah iman untuk dijadikan antek-antek atau jadi proxy. Apakah ada muslim lemah iman? Oh ada, yakni Mahasiswa KKN nya Saep – bercanda─. Kedua, beri jabatan strategis muslim lemah iman untuk menindas muslim yang mengakar. Mengakar disini biasa disebut “Islam radikal” istilah zaman now, radikal artinya mengakar, maka sering terjadi polemik tentang radikalisme yang menyudutkan Islam. Ketiga, adu domba sesama muslim, mengadu domba ormas Islam adalah cara licik yang efektif dalam memecah belah umat muslim. Keempat, bunuh karakter imam-imam muslim yang mengakar, memfitnah para imam-imam adalah pembunuhan karakter yang efektif untuk memisahkan antara imam dan pengikutnya, seperti yang terjadi pada Habib Rizieq Shihab yang kesulitan kembali ke Indonesia pada saat itu. Kelima, menghapuskan sejarah tentang PKI. Profesor Salim Haji Said mengatakan, “Penghapusan sejarah kelam Indonesia tentang kekejaman PKI baik itu dalam kurikulum pendidikan, maupun dalam TAP MPR adalah usaha mereka untuk menghapuskan dosa masa lalu”.
Jika antek-antek PKI ini berhasil memecah belah umat muslim, maka PKI berhasil memisahkan Islam dengan Pancasila. Umat muslim terpecah belah dan saling “baku hantam”, umat muslim tersesat karena tidak ada imam yang bisa di percaya, dikarenakan telah dibunuh karakternya. Makadari itu, kita sebagai muslim, harus merapatkan shaft, agar tak mudah dihancurkan. Muslimbersatu tak bisa dikalahkan.
Penayangan kembali film G30S/PKI adalah bukan semata-mata untuk mengucilkan pihak pro PKI, namun kita perlu belajar dari sejarah. Kita harus waspada agar sejarah kelam tersebut tidak terjadi lagi. Jangan lah kita ambil pusing, yang mau nonton sendiri monggo, yang mau nonton bareng-bareng mangga, yang tidak ingin menonton juga gak masalah, yang jadi masalah adalah ketika membubarkan orang yang lagi nonton. Masih mending menonton tentang sejarah, lah ini nonton-nonton yang gak jelas, nonton gosip, nontonin orang miskin tapi gak sedekah-sedekah, nontonin anu, ko yang begitu gak dibubarkan? Perlu demo berjilid-jilid dulu?
Apa yang harus kita lakukan saat ini sebagai generasi ke-3? Penulis juga merasa gusar, ketika para keturunan-keturunan PKI didiskriminasi, dikucilkan, dicacimaki, dsb. Islam tidak mengajarkan dosa warisan, maka jika ada seorang anak atau keturunan yang ayahnya, ibunya, kakeknya, buyutnya pernah terlibat PKI, itu masalalu. Kita tak perlu ikut-ikutan, kita muslim. “masa lalu biarlah masalalu…”
Jangan kita ikut mengejek mereka yang sebetulnya mereka (Keturunan PKI) tidak tau tentang keganasan PKI apalagi terlibat dalam G30S/PKI,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk, sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS.49:11)
“Laa yaskhar qaumum min qaum” jangan lah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain. “‘asaa ayyakuunuu khairam minHum” boleh jadi mereka lebih mulia dari pada yang mengolok-olok, “Saya keturunan ustadz, saya keturunan kiyai, kamu keturunan setan, kamu keturunan PKI” siapa yang tau? Wallahu a’lam
Maka dari itu, isu-isu seperti ini jangan lagi menjadi hal yang menghantui kehidupan kita. Mari kita perbaiki hubungan kita sebagai bangsa, biarlah mereka memiliki masalalu yang kelam, kita doakan mereka agar mendapatkan hidayah dan rahmat Allah Swt. Kita rapatkan barisan di masjid, ikut pengajian, agar hati dan pikiran kita tetap jernih, serta agar kita tidak mudah diadu domba dan dipecahkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
Jangan lupakan sejarah, apalagi sejarah kelam bangsa ini. Kenapa? Supaya sejarah kelam itu tidak terjadi lagi di masa depan. Biarlah mantan yang harus kau lupakan, tetapi jangan pernah melupakan sejarah bangsa ini.
“Di like boleh, di share Alhamdulillah, kagak juga gak papa, yang penting, pastikan baku hantam kalian di tukang bakso pinggir lubang buaya di Jakarta Timur”. -Bercanda gan :v
Oleh : Raja Wali Bermata Tajam
Editor : Ka