Title mahasiswa yang akademisi meninggalkan kesan di masyarakat bahwa mahasiswa adalah orang yang multi talent ahli dalam segala bidang, pun bukan jurusan dan keahliannya, asal disebut mahasiswa maka orang-orang menaruh harapan besar dengan amat sangat yakin bahwa si mahasiswa bisa menyelesaikan permasalahannya. Padahal mahasiswa dengan minat dan keahliannya masing-masing.
Ini mengingatkan saya, bapak saya kadang bilang “Mboh moso anak kuliahan gak bisa ngitung (ngitungnya lama)?” dalam hati saya “Kan anak bapak ini jurusannya hadis, basicly keagamaan, urusan saya sama kitab-kitab kuning saya gak ada urusan sama kalkulus” sekalipun mahasiswa yo kalo bukan keahliannya apa mau dikata, ya bodohlah saya yang mahasiswa ini dihadapan bapak.
Begitu juga yang terjadi pada beberapa mahasiswa yang lain saat mengeluhkan masalah yang sama, mahasiswa sastra inggris disuruh benerin listrik, anak matematika diminta terjemahin teks arab, dan lain sebagainya. Padahal dari dulu Einsten mengatakan bahwa “Semua anak itu jenius, tapi jika kita menilai seekor ikan dari cara dia memanjat pohoh maka ikan itu selamanya akan meras bodoh” padahal ikan ya ikan,keahliannya berenang, kalo kata Cak Nun “Kalo kamu ikan jangan ikut lomba terbang”
Tapi kembali kita katakan, apalah arti sebuah gelar? kalo Bung Rocky bilang “Ijazah itu tanda bawa anda pernah sekolah/kuliah bukan tanda anda penah berpikir” iya memang benar kita mahasiswa, berijazah suatu saat nanti, tapi ijazah itu bukan jaminan seseorang itu telah benar-benar ahli dijurusan yang iya lulus dengan ijazah kebanggannya.
Lagi pula, saya pribadi kurang mudeng dengan sebutan “Ahli” ahli itu apakah dia yang tidak pernah pegang pacul lulusan IPB bertitle sarjana 1 atau orang yang sedari lama biasa pegang pacul yang setiap hari berkawan dengan tanaman? Jadi sekali lagi, ahli itu apakah sang sarjana pertanian, atau petani itu sendiri?
Oleh : Kurniawan Aziz