Mahasiswa, satu kata yang terbentuk dari dua suku kata, maha dan siswa. Maha tidak bisa berdiri sendiri atau dibiarkan jomlo dalam sebuah kalimat. Biasanya kata tersebut selalu menempel di kata lain sebagai sifat dari kata yang ditempelinya, seperti kata Maha Esa. Jika hanya kata maha, maka hanya akan bermakna “teramat” itu saja tetapi jika digabungkan dengan kata lain maka makna tersebut akan memberikan makna “pengunggulan” terhadap kata setelahnya.

Bila dipikir-pikir kata “Maha” biasanya digunakan oleh dzat yang mempunyai kekuatan super mengendalikan semesta. Tapi yang istimewanya kata tersebut juga disisipkan dengan kata “siswa” menjadi mahasiswa. Apa jangan-jangan mahasiswa juga mempunyai kekuatan super untuk mengendalikan semesta? Atau mahasiswa salah satu orang terpilih yang bisa menggenggam dunia?

Secara umum, mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah  perguruan tinggi seperti sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum universitas. Sepanjang sejarah, mahasiswa adalah sosok yang mempunyai peran sebagai corong penyambung lidah antara rakyat dan penguasa/pemerintah. Ia mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah negara. Misalnya, di Indonesia pada Mei 1998 ratusan ribu mahasiswa berhasil menumbangkan kekuasaan Presiden Soeharto.

Di dalam diri mahasiswa terdapat potensi kritis dan berani menyampaikan kebenaran, selain itu juga berani mengungkapkan perasaan, hehehe. Potensi tersebut menjadikannya mempunyai julukan sebagai agent of change (agen perubahan). Perannya yang sangat besar dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh rakyat dan bangsa di berbagai dunia. Kalo bukan mahasiswa siapa lagi yang mau demo di depan kantor pemerintah? Hayo, kamu mahasiswa bukan? Udah jadi agent of change belum?

Dewasa ini mahasiswa telah kehilangan jati dirinya, miris bingiiiid. Mahasiswa yang notabene sebagai agen perubahan untuk masyarakat dengan menjunjung tinggi tridarma perguruan tinggi berubah 180 derajat menjadi event organizer atau penongkrong setia di mall-mall ternama. Teknologi yang semakin canggih dan berita-berita viral yang menyebar dimana-mana menjadikan sebagian mahasiswa ciut untuk menunjukkan keberaniannya dalam menyampaikan kebenaran. Mahasiswa zaman now telah terisi pikirannya dengan isu-isu yang menjadikannya enggan untuk berpendapat. Bukan hanya itu saja, kurangnya perhatian sekitar pun menjadi salah satu alasan kemunduran keberanian mahasiswa. Selain itu juga telinganya tidak kebal untuk dicerca sebagai “orang sok penegak keadilan”.

Sayangnya, mahasiswa zaman now sudah disibukkan dengan study oriented, tugas-tugas yang menumpuk hingga menggunung yang menjadikan pemikirannya hanya terfokus akan kesuksesan dan kepuasaan dirinya sendiri. Bahkan bisa saja mahasiswa sekarang disebut mahasiswa yang omong doang atau mahasiswa yang punya pemikiran “itukan urusan rakyat gue gak ada urus begituan”, widih lo juga rakyat keles.

Ada juga mahasiswa yang sibuk berdemo dan menghujat kebijakan pemerintahan tapi tidak mengetahui program apa saja yang akan dilakukan oleh pemerintah. Hal ini sangat mencerminkan orang yang tidak berpendidikan, kayaknya doi gak punya cermin deh di rumahnya.

Seyogyanya, mahasiswa yang telah mencapai kedudukan di perguruan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas terhadap kondisi zaman sekarang. Dan sudah saatnya, mahasiswa Indonesia memiliki karya-karya yang dapat membuat harum nama bangsa dan negara. Seorang mahasiswa itu bukan hanya dapat berbicara di depan umum dengan suara lantang. Namun ia mampu mempertanggung jawabkan apa yang dibicarakannya lewat tindakan dan perilakunya. Apakah mahasiswa seperti itu masih ada pada zaman now? Kalo ada yuk angkat tangannya dan bilang “Aku mahasiswa zaman now, bukan cuma suka ngomong tapi siap jadi agen perubahan”.

Oleh : Fathimah Isytikarimah

editor : Ka