Hidup yang tengah kita jalani saat ini berkait erat dengan waktu. Karena itu, waktu yang hadir di kehidupan harusnya menyadarkanmu. Sadar atas peranmu di dunia. Fungsimu di kehidupan. Utamanya sadar bahwa hidup harus diisi dengan perbuatan baik.
Jujur saja, saya sempat menangis bergerijal-gerinjal seperti halnya Cacing kepanasan. Ketika waktu berlalu, dan tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Sebab, sifat waktu itu ngeloyor mirip si mantan yang meninggalkan kenangan masa lalu yang aduhai…aduh sakitnya…bila kita ingat terhadap dirinya.
Dalam bahasa Sunda mah ada adagium yang menyatakan, “Kaduhung mah tara tiheula” terkecuali saat kita menuntun Domba dan ditubruk. Pastinya akan bilang “kaduhung tiheula aing mah”.
Saya yakin, kamu juga pernah merasakan bagaimana waktu yang berlalu tidak bisa diulangi lagi. Saat waktu menjadi masa lalu, hanya menyisakan sesal di dada, isak tangis di mata, dan rasa kaduhung yang menggunung. Sebab, si waktu tak bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya.
Namun, larut dalam penyesalan, tanpa upaya perubahan adalah kesia-siaan. Karenanya, meminjam sesumbar Bu Tejo dalam Film Tilik, kita kudu jadi manusia solutif. Singkatnya, kita harus berupaya mengubah timeline kehidupan ke arah yang lebih positif dan produktif.
Makanya, waktu yang diberikan Tuhan kepada kita harus dimanfaatkan. Jujur pada kalian, saya sempat menangis, saat waktu bergulir cepat dan tidak bisa mengisinya dengan sesuatu yang produktif. Untung saja, teringat kata bijak Guru Oogway kepada Po dalam film Kungfu Panda yang berujar: Yesterday is history; tomorrow is mistery; but today is Given.
Masa lalu, kata Guru Ogway, adalah sejarah; esok adalah misteri; dan hari ini ialah anugerah.
Jadi, tak ada gunanya kita larut dalam penyesalan, hingga lamunan menghalangi aktivitas hidup. Manusiawi saya pikir, seandainya hati kita sakit, jiwa gelisah dan di benak hanya ada kalimat, aku manusia tak berguna; saat kita gagal memanfaatkan waktu.
Ingat sahabat, terpuruk dalam penyesalan tidak akan mengubah apa-apa. Tak akan mengubah apa yang telah kamu lakukan. Tak akan mengubah nasibmu yang sudah tejadi. Tetapi, kamu harus berusaha agar kesalahanmu tidak terjadi di masa mendatang. Begitu saja. Titik bukan Tilik!
Lantas, apakah masa lalu harus berlalu tanpa disesali? Salahkah kita kalau berharap hari esok diri ini harus berubah lebih baik? Sebagai anugerah-Nya yang tak terkira, haruskah pada hari ini kita bertekad untuk menjaga diri agar tidak terjebak kembali pada kesalahan dan kegagalan?
Allah Azza Wajalla berfirman, “Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan. Dan, Aku hindarkan dari kemelaratan. Kalau tidak, akan Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak akan menghindarkanmu dari kemelaratan.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dengan konsisten menjaga waktu berarti kita tengah menjaga kualitas timeline kehidupan yang harus dibaktikan pada Allah. Dia memberikan anugerah nyawa kepada kita yang harus disyukuri dengan membalasnya dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Berbicara tentang waktu, memang memuat misteri. M Quraish Shihab, pakar tafsir Al-Quran negeri ini mendefinisikan Waqt (waktu), sebagai batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Kata Waqt, memberi kesan keharusan adanya pembagian teknis tentang masa yang dialami (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya), di samping keharusan adanya penyelesaian sesuatu dalam bagian-bagian tersebut, dan tidak membiarkannya berlalu hampa tanpa makna.
Timeline tak hanya ada di sosial media seperti facebook, twitter, instagram, dan linkedin saja. Fitur timeline ini juga ada pada setiap aktivitas makhluk-Nya. Hidup kita, dipenuhi oleh waktu atau time yang harus beredar di garis-garis keilahian. Karena itu, timeline hidup kita juga harus tetap dijaga dan dipelihara dari kekotoran jiwa. Memanfaatkan timeline hidup sebaik-baiknya ialah menjaga kualitas hidup untuk beribadah.
Ibadah shalat, misalnya, adalah sebentuk tindakan suci yang berposisi sebagai pemanfaatan dan penghargaan atas diciptakannya timeline hidup. “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban atas orang-orang Mukmin yang tertentu waktu-waktunya.” (QS Al-Nisa’ [4]: 103).
Serupa timeline; begitulah ruang dan waktu juga. Sejatinya mewakili apa yang kamu yakini sebagai ruh kehidupan! Tak ada Timeline hidup yang saya kagumi selain Timeline-nya Nabi Muhammad. Kata-katanya hidup dan lakunya begitu mulia tak ada bandingannya.
Diutusnya nabi Muhammad Saw. ke muka bumi untuk membenahi Timeline umat manusia agar lebih mulia. Akun sosialnya pun menjadi hidup. Timeline Nabi Muhammad Saw., yang saya resapkan, “Bergaullah kamu dengan manusia dengan akhlak yang baik. (HR. Imam Malik).
Sunah Nabi serupa Timeline kehidupan Nabi Muhammad, yang menggambarkan kata, sikap, dan laku luhung pada 15 abad yg lalu. Memenuhi Timeline hidup dengan Quran dan Sunah tidak akan membuat kamu jadi manusia barbar bila tak sekadar retweet. Karena itu, penuhilah Timeline hidupmua dengan kebijaksanaan, semangat, dan spiritualitas yang dipancarkan sang Nabi di muka bumi.
Ingatlah, setiap orang memiliki jatah waktu yang sama. Namun secara kualitas, setiap orang akan menghasilkan pemanfaatan waktu yang berbeda-beda. Ingat, kawanku, waktu itu terus berputar, berubah, dan tidak berada pada satu lingkar kehidupan yang tetap. Ya Allah sang pencipta waktu, berikanlah kekuatan padaku untuk memberi arti dalam setiap guliran waktu yang tak terasa berlalu ini.
Bagi saya, berusaha menjaga agar perputaran waktu tetap berjalan di garis keilahian ialah dengan berhikmah pada keteladanan Rasulullah Saw. agar hidup diliputi keberkahan, kebahagiaan, dan kesuksesan.
Baginda Muhammad Saw. menghargai ketidaktahuan atau kebodohan seseorang sebagai sesuatu yang harus dimaafkan. Begitu juga ketika kita masih berada pada fase pencarian atas kebenaran. Kita masih belum bisa bertobat sungguh-sungguh, setiap hari masih tetap belum bisa menyadari bahwa hidup adalah ibadah. Termasuk, belum mampu memperlakukan seseorang dengan lembut dan damai. Kita mengangankan pujian manusia, dan dengki melihat seseorang.
Kita, ternyata belum mampu membasuh gerak jasad dengan air kemuliaan. Karena itu, jangan pernah menganggap dirimu suci, bersih, dan tanpa dosa. Kendati tidak merasakan diri ini berdosa, usahakanlah setiap usai menunaikan shalat memohon ampun kepada-Nya. Akuilah diri ini telah sedemikian berdosa, kemudian bertobatlah setiap hari.
Kenapa shalat telah ditetapkan lima kali sehari ?
Itulah tujuannya. Agar timeline hidup kita memancarkan kualitas. Seriuss amat bacanya…tapi yang paling bagus itu, diseriusi pula amalannya Ok!