Dikisahkan pada suatu hari Raja mendengar sebuah berita dari seorang bijaksana, katanya di surga ada sebuah mahkota yang keindahannya melebihi langit dan bumi. Mendengar kabar dari orang bijak itu, sang Raja amat tertarik dan menginginkan mahkota itu untuk dirinya.

Keinginan Raja harus terpenuhi, tapi tak ada satupun dari masyarakat kerajaan yang sanggup memenuhi keinginan Raja. Teringat Raja pada seorang jenius yang juga bijaksana, dipanggilah Abu Nawas untuk menghadap kepadanya. “Aku mengingikan sebuah mahkota di surga, pergilah kesana dan ambilkan untukku!” ujar Raja pada Abu Nawas, “Boleh Raja, dengan senang hati” jawab Abu Nawas.

Raja teramat girang mendengar jawaban Abu Nawas, tak sabar mendapatkan mahkota itu. “Katakan apa kebutuhanmu untuk pergi kesana, pengawal, harta, apapun yang engkau butuhkan akan aku penuhi” ucap Raja. “Permintaan saya hanya satu paduka”, “apa itu?” Tanya Raja. “Tolong buka kan untuk hamba pintunya”, “Hah? Maksudnya?” Raja bertanya bingung, “Iya Raja, tolonglah buka kan pintu surga untuk saya”, “Loh, Bagaimana caranya?” Raja semakin bingung. “Raja …” Lanjut Abu Nawas menjelaskan.

“Sesungguhnya setiap alam itu ada pintunya, pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu, pintu alam barzah adalah kematian dan pintu akhirat adalah kiamat. Surga dan neraka terletak di akhirat, jadi jika raja menginginkan saya pergi ke surga maka tolong buka kan pintunya, buat bumi ini kiamat.” Mendengar penjelasan Abu Nawas, Raja terdiam seribu bahasa. “Untuk apa mendapatkan mahkota yang indah, tapi dunia ini kiamat” pikirnya.

Cerita diatas mengingatkan kita pada hadis nabi: “Siapa yang menjadikan dunia sebagai ujung akhir ambisinya, Allah akan pisahkan ia dengan yang diinginkannya (dunia), lalu Allah akan menjadikan kefakiran membayang di pelupuk kedua matanya. Padahal Allah sudah pasti akan memberikan dunia kepada setiap manusia sesuai dengan yang telah Ia tetapkan. Tapi siapa yang menjadikan akhirat sebagai ujung akhir ambisinya, maka Allah akan mengumpulkan dan mencukupi segala kebutuhannya di dunia. Lebih dari itu, Allah akan membuat hatinya menjadi kaya. Dunia akan selalu mendatanginya, meskipun ia enggan untuk menerimanya’. (HR Ibnu Majah dari Usman bin Affan)

Hadis diatas memberikan gambaran tentang bagaimana ambisi manusia, seperti Raja dalam kisah Abu Nawas tadi yang ambisinya melampaui kemampuan dirinya. Mungkin memang demikian kadang, segunung inginnya manusia meski hanya sesendok lebar mulutnya.

Allah ciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian bagi manusia, namun kadang manusia terlupa oleh sedikit kegemerlapannya, hingga lupa untuk apa dia hidup. Bahkan kadang menafikkan kefanaan dirinya, lupa sehingga merasa diri akan abadi selamanya, habis waktu untuk memenuhi ambisi duniawi, hingga ajal menjemput tidak mengumpulkan bekal akhirat sepeserpun.

“Dunia adalah penjara bagi orang mu’min tapi surga bagi orang kafir”, begitulah kurang lebih pesan cinta nabi pada kita umatnya. Jika manusia mengetahui bahwa dunia ini hanya persinggahan maka kegemerlapan duniawi tak harus membuat buta kedua matanya. Hasan Albana pernah berkata “Manusia menginginkan dunia dan segala isinya, padahal dunia dalah hukuman bagi Adam as.”

Oleh : Kurniawan Aziz

Tinggalkan Balasan