Keluarga bagi kita meruapakan aset terpenting bagi setiap kehidupan manusia. Dari keluargalah kita diajarkan untuk menghadapi kerasnya kehidupan dunia. Ayah sebagai kepala keluarga berperan sebagai sosok pemimpin yang mengajarkan anak-anaknya bagaimana sebagai seorang pemimpin kelak ketika terjun dalam dunia luar. Ibu sebagai partner kepala keluarga berperan menetralisir tegasnya seorang pemimpin sehingga keseimbangan muncul karena kekuatan kasih sayangnya. Anak-anak sebagai tokoh-tokoh kunci keberhasilan dari konsep yang dibangun dalam sebuah keluarga.
Selain berperan terhadap internal atau anggota keluarga, institusi ini tidaklah memiliki peran eksternal yang sederhana. Bagi sebuah peradaban manusia, keluarga menjadi kunci terpenting dalam membentuk karakter peradaban. Pilar sebuah generasi peradaban masa depan berawal dari apa yang telah diperbuat dari suatu keluarga. Keluarga menjadi sumber generasi, oleh karenanya kepengurusan keluarga yang tidak becus bakal membawa kehancuran generasi masa depan.
Keluarga merupakan institusi atau bisa penulis sebut sebagai organisasi pertama yang mau tidak mau setiap anak manusia harus ikut terlibat dalam organisasi tersebut. Keluarga kita sebut sebagai organisasi tidaklah salah sebab dalam pengertian organisasi sendiri pun menyebutkan adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama. Dalam institusi keluarga pun sebenernya memiliki tujuan yang sama pula, dimana jika kita gunakan worldview Islam dengan adanya sebuah keluarga akan berusaha untuk selamat dari api neraka. Jika di dalam organisasi ada sebuah struktural maka dalam institusi keluarga pun demikian. Di negeri ini misalnya ada salah satu berkas administrasi penting yang harus dimiliki setiap keluarga yakni Kartu Keluarga. Dalam berkas tersebut ditulis adanya strukural yang paling atas disebut sebagai Kepala Keluarga dimana ayah atau suami yang berperan sebagai Kepala Keluarga.
Membangun sebuah kelurga diawali dengan adanya proses pernikahan. Laki-laki dan perempuan yang lajang menjadi tokoh kunci dalam membangun keluarga. Soalnya tidak ada yang namanya keluarga terdiri dari laki-laki dan laki-laki lagi atau permpuan dan perempan lagi, kasus seperti itu namanya penyimpangan dari sunatullah yang mengundang murka Allah. Naudzubillah.
Seorang laki-laki yang kelak akan menjadi seorang kepala dalam institusi kelurga haruslah memahami bagaimana sikap seorang pemimpin yang baik. Begitu pula dengan seorang perempuan, sebagai partner utama seorang kepala kelurga haruslah memahami bagaimana memanajemen sebuah bahtera rumah tangga. Oleh karenanya pendidikan terhadap kedua belah pihak tersebut penting untuk dilakukan.
Seperti yang telah penulis singgung diawal mengenai pentingnya peran keluarga baik dari sesi internal maupun eksternal, faktor keberhasilan sebuah keluarga berawal dari arah perjuangan atau tujuan yang jelas dari dua bagian keluarga yang pertama yakni suami dan istri. Pentingnya peran keluarga dalam sebuah peradaban mengharuskan dua pikah tersebut untuk profesional dan tidak coba-coba. Sebab seperti yang kita ketahui bahwa sebuah perusahaan atau institusi penting dan vital haruslah dipilih orang-orang yang ahli didalamnya agar tidak terjadi sebuah permasalahan, maka apalagi institusi keluarga yang berperan penting terhadap kemajuan peradaban.
Orang yang tidak memiliki latar belakang keilmuan kelistrikan, maka ia tidak akan layak untuk ditempatkan diposisi strategis perusahan listrik. Orang yang tidak pernah belajar kedokteran, ia tidak akan pernah diizinkan membuka praktik kedokteran. Orang yang tidak memahami bagaimana cara menerbangkan pesawat, maka sudah sepantasnya ia sadar atas ketidak layakannya dan memilih untuk tidak mencoba menerbangkan pesawat. Begi pula dalam sebuah keluarga, dimana status kepentingan keluarga bisa dikatakan lebih tinggi dibandingkan contoh-contoh di atas yang sifatnya permasalahan duniawi. Ketika peran-peran seperti dokter, teknisi, atau pilot haruslah dipegang oleh orang-orang profesional, maka dalam sebuah keluarga ideal haruslah dipegang pula oleh orang-orang profesional yang memahami apa yang seharusnya ia kerjakan.
Jika ia mengaku siap membangun sebuah keluarga maka dia sudah seharusnya memahami apa-apa yang akan dihadapinya kelak serta penyikapannya terhadap permasalahan-permasalah tersebut selama berlayarnya bahtera rumah tangga. Seorang lelaki ketika telah menyandang gelar sebagai seorang suami bahkan ayah, maka ia telah memiliki beban yang tidak hanya berlaku di dunia tetapi juga akhirat. Laki-laki muslim sebagai seorang suami atau ayah sudah seharusnya memahami apa yang telah diperintahkan Allah kepada umat Nabi Muhammad dalam surat at-Tahrim ayat 6. Sebagai seorang kepala keluarga ia dituntut untuk mengarahkan seluruh anggota keluarga agar selamat dari api neraka. Tujuan yang melampaui batasan duniawi tersebut tidak akan pernah terbanyangkan jika si kepala keluarga tersebut tidak dapat memahami perannya.
Banyak kasus tentang keluarga yang bermasalah pada dewasa ini. Seorang lelaki dan perempuan yang dipertemukan dalam sebuah institusi keluarga kebanyakan hanya berlandaskan ketertarikan. Sebenarnya ketertarikan atau suka sama suka antara laki-laiki dan perempuan itu normal dan salah satu bekal untuk berkeluarga tetapi jika untuk membangun sebuah keluarga yang ideal bekal tersebut tidaklah cukup. Oleh karenanya banyak sekali terjadi perceraian, khusus di negeri ini saja menurut data dari BPS tahun 2018 disebutkan bahwa jumlah perceraian mengalami peningkatan yang cukup mengkhawatirkan. Inilah mengapa pimpinan negeri ini merasa perlu terlibat dalam mengatasi keluarga-keluarga yang bermasalah tersebut dengan hadirnya pendidikan pra-nikah.
Dengan fakta yang mengkhawatirkan tersebut akhirnya kembali kuncinya adalah pendidikan. Seorang yang berilmu tidak akan dengan mudahnya memilih jalan perceraian. Ia memahami pilihannya untuk menikah tidak bertujuan untuk bercerai. Perceraian pun seperti yang kita ketahui bersama merupakan aktivitas yang dihalalkan tetapi dibenci oleh Allah. Seseorang yang berilmu dan telah memilih untuk menikah akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi solusi perceraian jika dikemudian hari dihadapkan dengan permasalahan yang pelik. Oleh karenanya memilih pasangan yang memiliki semangat visi-misi yang sama serta istiqomah dalam kebaikan adalah pilihan yang wajib menjadi pertimbangan utama. Kecantikan paras tidaklah dapat bertahan lama, tetapi kecantikan iman dan ilmulah yang dapat menentramkan hati.
Setelah diuraikan berkaitan dengan keluarga diatas, kembali kepada pertanyaan sekaligus judul tulisan ini. Pilihan untuk berkeluarga adalah pilihan yang sudah seharusnya tidak kita jadikan pertentangan, sebab berkeluarga adalah suatu keharusan. Selain merupakan kebutuhan biologis, yang lebih penting ialah memilih berkeluarga adalah sebagai wujud ittiba’ kepada Rasulullah. Memilih berkeluarga juga merupakan wujud kontribusi terhadap peradaban manusia. Peradaban Islam masa depan ada ditangan setiap keluarga muslim. Baik buruknya peradaban di masa depan diditentukan dari baik atau buruknya keluarga dalam menghasilkan generasi.
Menyegerakan berkeluarga itu penting tetapi lebih penting lagi adalah pengilmuannya. Seorang manusia yang mulai baligh sudah seharusnya mempersiapkan bekal untuk berkeluarga minimal mengilmui diri. Setalah ilmu didapat dan telah siap maka langkah selanjutnya ialah dengan mempersiapkan bekal finansial. Mau berkeluarga berarti mau untuk berlelah-lelah menjalankan kehidupan dunia sebagai bekal di akhirat. Di dunia kita telah lelah beramal sholeh bersama keluarga, di akhirat kita bersantai-santai menikmati hasil amal sholeh tersebut. Wallahu’alam
Editor : Rafi