Kita sering mendengar argumentasi bahwa Islam menempatkan wanita dalam posisi yang tidak menguntungkan. Ya mungkin memang seperti itu, soalnya apa yang anda pandang ‘untung’ ternyata tidaklah selalu benar dalam sudut pandang Islam. Contoh, ketika anda mengatakan bahwa perempuan yang lebih banyak menutupi bagian tubuhnya dibandingkan laki-laki dipandang tidak menguntungkan. Hey, anda menyatakan tidak menguntungkan soalnya apa yang anda pikirkan sering kali mengunggulkan hawa nafsu anda saja. Anda bilang perempuan sering kali tidak direkomendasikan sebagai pemimpin. Ya memang baiknya seperti itu, soalnya dalam pandangan Islam perempuan tidaklah dikonsep sebagai pemimpin untuk seluruh masyarakat.
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa perempuan lebih banyak mengutamakan emosinya dibandingkan dengan laki-laki. Kemudian muncul pernyataan yang familiar dalam lingkungan kita bahwa laki-laki lebih banyak menggunakan otak, sedangkan perempuan lebih banyak menggunakan perasaan. Kita bisa menyebut bahwa perempuan memang cocok dibilang sebagai makhluk baperan. Dan ketika baperan tersebut tersematkan pada diri perempuan maka dunia politik atau kepemimpinan kurang layak untuk dijadikan jalan hidup mereka, sebab jalannya para pemimpin seringkali melalui jalan yang berliku dan menguras perasaan. Wow…
Yang benar dari Islam untuk perempuan adalah, Islam menempatkan perempuan di dalam tempat yang terbaik. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengonsep sedemikian rupa berkaitan dengan fitrah perempuan. Bagaimana menempatkan perempuan sebagai seorang anak, perempuan sebagai seorang istri, perempuan sebagai seorang ibu, dan perempuan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan telah Islam ajarkan sebaik dan seideal mungkin.
Dari keempat posisi perempuan tersebut, Islam telah memberi gambaran tokoh teladan bagi perempuan. Sebagai seorang putri atau anak perempuan , islam telah memberikan contoh perempuan terbaik dalam posisi tersebut dengan adanya Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah. Sebagai seorang putri terbaik di muka bumi ini, Fatimah menjadi tokoh penting yang perlu diikuti perempuan sebagai seorang anak. Bagaimana cara bersikap terhadap orang tua dan bagaimana seharusnya menempatkan diri sebagai seorang anak perempuan yang baik telah ada dalam sosok Fatimah.
Perempuan sebagai seorang istri, Islam memiliki contoh istri terbaik bernama Khadijah binti Khuwailid. Istri yang sangat dicintai Rasulullah ini menempati puncak pencapaian sebagai istri terbaik di muka bumi. Sehinggga tidak salah jika Khadijah termasuk satu dari empat perempuan terbaik yang dijamin masuk surga. Khadijah sebagai istri telah menempatkan posisi yang terbaik, bahkan ketika Rasulullah sebagai suaminya menerima wahyu pertama ia menjadi orang pertama yang beriman saat orang lain kufur. Ia berani menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan nabi ketika perjuangan awal dakwah bisa dikatakan sangat berat keadaanya dibandingkan setelahnya.
Perempuan sebagai seorang ibu dan seorang yang teladan dalam berinteraksi sosial, Islam telah mencontohkan sosok Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim. Maryam adalah sosok ibu yang terbaik, dimana dia dapat memposisikan sebaik mungkin sebagai seorang ibu ketika ayah dari anaknya tidak hadir membersamai. Maryam membesarkan dan mendidik anaknya sebaik mungkin sehingga anak tersebut ditetapkan sebagai nabiyullah yakni Isa bin Maryam.
Dalam sisi sosial kemasyarakatan Asiyah binti Muzahim menjadi tokoh wanita yang perlu kita gali contoh teladannya. Ia bersabar sebagai istri seorang raja yang kafir dan durjana. Status Asiyah sebagai istri raja pasti dihadapkan dengan urusan kenegaraan yang banyak terlibat dalam aktivitas sosial. Salah satu kisah yang penting dan terabadikan yaitu Asiyah menjadi sosok kontributor penting atas selamatnya bayi laki-laki dari tragedi pembunuhan masal oleh istana, anak itu kelak menjadi seorang nabi yang bermana Musa. Tanpa Asiyah hadir dan merayu suaminya untuk mengangkat anak yang terhanyut di sungai Nil, dipastikan bayi Musa tersebut akan terbunuh.
Keempat sosok tokoh penting tersebut dapat kita jadikan tolak ukur keidealan perempuan dalam sudut pandang Islam. Tidak ada yang menunjukkan perempuan serba terhinakan sebab ganjaran atas semua cobaan tersebut ialah kebahagian yang paling puncak bagi seorang makhluk-Nya, yakni Surga di akhirat kelak. Dan seluruh aktivitas yang Islam contohkan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesemuanya itu menguntungkan di akhirat. Memang di dunia inilah bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan tempatnya berlelah-lelah mencari amal terbaik untuk bekal di akhirat sebagai tempat beristirahat. Wallahu’alam.
Editor: Rafi