Rasulullah Saw adalah contoh paling baik untuk mengoptimalkan hidup ini. Selain tugasnya sebagai Rasulullah dan pemimpin umat, Rasul juga memiliki peran sebagai seorang ayah, suami, serta teman terdekat bagi para sahabatnya. Beliau membagi waktunya dengan sangat adil di antara peran-peran tersebut hingga tidak ada seorangpun yang haknya tidak terpenuhi.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita meneladani Rasul dalam kehidupan kita? Bagaimana kita menjadi pribadi yang pandai mengelola waktu dan adil? Saya pernah membaca tulisan Fethullah Gulen, ia mengatakan “pengelolaan waktu artinya adalah mengetahui segala sesuatu yang harus dilakukan, menentukan urutan kepentingannya dan merencanakan kegiatan sehari-hari berdasarkan hal tersebut”. oleh karena itu,  kita harus mengetahui apa yang akan kita lakukan di kemudian hari. Jangan sampai saat terbangun kita bingung mau buat apa. Ujung-ujungnya kita malah banyak membuang waktu dan lebih banyak mager-nya.

Rencanakanlah apa yang akan kita lakukan setelah bangun tidur, kegiatan di pagi hari, siang hari, sore hari sampai menjelang tidur lagi. Jangan sampai ada satu detik pun yang terbuang sia-sia. Sebagai contoh, seorang yang beriman diusahakan agar bisa  beribadah di malam hari. Seseorang yang benar-benar beriman lebih baik untuk melakukan ibadah di malam hari meskipun hanya salat dua rakaat shalat.

Menurut Fethullah Gulen mendekatkan diri kepada allah dengan bersujud dan merendahkan diri di hadapan yang maha kuasa apalagi hingga meneteskan air mata merupakan suatu bentuk kesalehan yang tak dapat di bandingkan dengan perbuatan apapun di waktu yang lain. Oleh karena itu, ibadah malam tidak boleh ditinggalkan ketika seseorang merencanakan kegiatan dalam mengisi kehidupanya.

Selain merencanakan kegiatan-kegiatan religius dan kegiatan lainnya, kita juga harus menyisihkan waktu untuk berkomunikasi dengan orang terdekat kita seperti ayah ibu, pasangan, saudara, keluarga, teman dan lain-lain. Jangan sampai karena kesibukan  sendiri,  kita jadi cuek sama orang lain di sekitar kita. Bisa jadi kita akan di anggap apatis dan tidak peduli dengan keadaan sekitar oleh orang lain karena menutup diri dari lingkungan.

Yang perlu dicatat yaitu rencana kita tidak akan selamanya mulus. Alokasikan sebuah waktu khusus untuk hal-hal darurat di luar perencanaan agar kegiatan yang lainnya tidak terganggu. Sebaiknya juga  memberitahukan rencana kegiatan sehari-hari kita kepada orang yang sering bersama seperti teman, orang tua atau saudara  supaya tidak terjadi salah paham dan orang lain pun paham dan mengerti apa yang kamu kerjakan. Kehidupan kita harus bisa dioptimalkan sebagaimana Rasul mengoptimalkan kehidupannya

Pertanyaannya adalah bagaimana kita meneladani Rasul dalam kehidupan kita? Bagaimana kita menjadi pribadi yang pandai mengelola waktu dan adil? Saya pernah membaca tulisan Fethullah Gulen, ia mengatakan “pengelolaan waktu artinya adalah mengetahui segala sesuatu yang harus dilakukan, menentukan urutan kepentingannya dan merencanakan kegiatan sehari-hari berdasarkan hal tersebut”. oleh karena itu,  kita harus mengetahui apa yang akan kita lakukan di kemudian hari. Jangan sampai saat terbangun kita bingung mau buat apa. Ujung-ujungnya kita malah banyak membuang waktu dan lebih banyak mager-nya.

Rencanakanlah apa yang akan kita lakukan setelah bangun tidur, kegiatan di pagi hari, siang hari, sore hari sampai menjelang tidur lagi. Jangan sampai ada satu detik pun yang terbuang sia-sia. Sebagai contoh, seorang yang beriman diusahakan agar bisa  beribadah di malam hari. Seseorang yang benar-benar beriman lebih baik untuk melakukan ibadah di malam hari meskipun hanya salat dua rakaat shalat.

Menurut Fethullah Gulen mendekatkan diri kepada allah dengan bersujud dan merendahkan diri di hadapan yang maha kuasa apalagi hingga meneteskan air mata merupakan suatu bentuk kesalehan yang tak dapat di bandingkan dengan perbuatan apapun di waktu yang lain. Oleh karena itu, ibadah malam tidak boleh ditinggalkan ketika seseorang merencanakan kegiatan dalam mengisi kehidupanya.

Selain merencanakan kegiatan-kegiatan religius dan kegiatan lainnya, kita juga harus menyisihkan waktu untuk berkomunikasi dengan orang terdekat kita seperti ayah ibu, pasangan, saudara, keluarga, teman dan lain-lain. Jangan sampai karena kesibukan  sendiri,  kita jadi cuek sama orang lain di sekitar kita. Bisa jadi kita akan di anggap apatis dan tidak peduli dengan keadaan sekitar oleh orang lain karena menutup diri dari lingkungan.

Yang perlu dicatat yaitu rencana kita tidak akan selamanya mulus. Alokasikan sebuah waktu khusus untuk hal-hal darurat di luar perencanaan agar kegiatan yang lainnya tidak terganggu. Sebaiknya juga  memberitahukan rencana kegiatan sehari-hari kita kepada orang yang sering bersama seperti teman, orang tua atau saudara  supaya tidak terjadi salah paham dan orang lain pun paham dan mengerti apa yang kamu kerjakan. Kehidupan kita harus bisa dioptimalkan sebagaimana Rasul mengoptimalkan kehidupannya

oleh: Zarkasih Nur