Berbicara mengenai hati atau qalbu sungguh luas pembahasannya. Hati merupakan komponen utama yang menentukan keadaan diri manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alahi Wasalam yang menyebutkan: Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati”. Dari apa yang disabdakan nabi tersebut hati menjadi entitas paling penting yang memengaruhi seluruh jasad seorang manusia.

Jika kita buka KBBI,  kata “hati” ada banyak pemaknaannya, dari mulai nama organ tubuh hingga tabiat dalam diri manusia. Qalbu yang kita gunakan pemaknaanya sebenarnya jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya jantung, begitu pula dalam bahasa inggris kata qalbu diartikan sebagai heart yang artinya jantung juga. Itulah mengapa lambang cinta-cintaan anak-anak muda itu berbentuk jantung bukan berbentuk hati (lever).

Jika dalam diri kita timbul rasa senang, rasa cinta, atau rasa sedih, maka aktivitas tersebut tidaklah berasal dari bagian tumbuh secara fisik. Berbeda dengan makanan atau minuman misalnya berupa rasa manis hingga rasa asin, itu semua bisa terbentuk disebabkan aktivitas dari organ tubuh yang bernama lidah. Objek hati di sini sifatnya spiritual, yang tidak dapat dipresentasikan dalam bentuk fisik. Walaupun sering kali rasa sakit hati diperagakan dengan memegang dada, dimana di dalam dada terdapat terdapat organ tubuh bernama jantung sampai hati (lever).

Orang yang dari luar terlihat baik belum tentu di dalamnya (baca : hati) baik. Tetapi yang di dalam dan tak tampak tersebut sering kali mempengaruhi perangai yang tampak. Manusia tidak dapat menilai sifat hati manusia yang lain. Hanya Allah-lah yang mengetahui apakah orang tersebut baik ataukan hanya hipokrit. Manusia hanya dapat menilai secara lahir baik atau buruk berdasar dari aktivitas yang ia lakukan secara lahir. Oleh karenanya dalam pengadilan yang biasa berlangsung, kita tidak dapat menyimpulkan seseorang itu melakukan suatu kesalahan tanpa adanya saksi atau barang bukti. Mungkin pelaku kesalahan tersebut dinyatakan tidak bersalah di mata hakim, tetapi jika memang benar-benar ia salah tetapi orang lain tidak dapat menunjukkan buktinya maka hukum di akhiratlah yang dapat memberikan hukuman kepadanya.

Hati yang menjadi entitas penting dalam hidup manusia ini tidaklah selalu baik tanpa adanya perawatan. Seperti halnya sepeda motor kita, jika dalam beberapa waktu tidak kunjung dilakukan perawatan baik itu ganti oli atau mungkin ganti kampas rem. Peluang motor tersebut rusak, tidak dapat dikendarai atau bahkan mengakibatkan kecelakaan tidak dapat dielakkan. Perawatan yang teratur menjadi kunci kesehatan motor dan keselamatan mengendara. Begitupun hati, jika ia terawat maka pemiliknya akan selalu terjaga dari hal-hal yang dilarang dan melanggar ketentuan Allah. Hati yang bersih akan selalu mencegah pemiliknya dari perkara-perkara dosa dan kemaksiatan. Semua itu juga harus dibingkai dengan iman, sebab tanpa hadirnya iman fungsi hati yang seharusnya dapat mengarahkan kepada kebaikan akan sulit terbuka.

Untuk dapat menghadirkan fungsi hati yang optimal, ulama-ulama kita terdahulu telah memberi obat pelangsung keoptimalan hati tersebut. Jika kita sering mendengar lagu atau syair Tombo Ati yang kemudian dipopulerkan oleh penyanyi Opik, yang sebelumnya  juga diperkenalkan oleh budayawan muslim yakni Cak Nun, sejatinya sanad dari lirik tersebut bukanlah lahir dari orang-orang biasa. Tombo Ati di polulerkan di wilayah Nusantara oleh Raden Maulana Makdum Ibrahim atau yang kita kenal dengan sebutan Sunan Bonang yang hidup pada tahun 1400an . Salah seorang ulama walisongo yang berkontribusi besar terhadap berkembangnya Islam di Nusantara. Tetapi syair tersebut jika ditelisik secara mendalam lagi maka akan kita temukan bahwa redaksi tersebut telah ada sebelum walisongo hidup. Ulama masyhur di tahun 1200an tersebut ialah Imam Nawawi.

Imam Nawawi dalam kitab bertema akhlak berjudul At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an menerangkan bahwa ada lima poin penting sebagai obat hati yang di sampaikan oleh Ibrahim Al Khowash. Kelima poin obat hati tersebut maknanya sama persis dengan apa yang sering kita dengar dalam lagu atau syair yang sampaikan oleh Opik atau Cak Nun. Kelimanya ialah: 1) Membaca Al Qur’an dan mentaddaburinya; 2) Rajin mengosongkan perut yakni dengan melakukan puasa; 3) Mendirikan shalat malam; 4) Merendahkan diri di hadapan Allah dengan berdoa dan berzikir di akhir malam tepatnya waktu sahur; 5) Bermajelis atau bergaul dengan orang-orang saleh. Dengan mengamalkan kelima aktivitas tersebut maka hati akan selalu mengarah kepada jalan  yang benar dalam menjalani kehidupan. Mari kita perhatikan poin perpoin!

Pertama, yakni membaca Al-Qur’an dan mentaddaburinya. Dengan membaca dan mentaddaburi Al-Qur’an secara mendalam seseorang akan mengetahui arah kehidupannya. Dengan mengetahui arah hidupnya maka hati tidak akan gelisah sebab seluruh kehidupan di dunia ini muaranya adalah akhirat. Selain Al-Qur’an sebagai petunjuk kehidupan, Al-Qur’an juga sebagai as-Syifa yang artinya tak lain adalah obat. Penyakit hati sangat tepat jika diobati dengan membaca dan mentaddaburi Al-Qur’an.

Kedua, yakni rajin mengosongkan perut alias berpuasa. Orang berpuasa seperti yang kita ketahui akan banyak mengkondisikan kedalam kondisi yang baik. Sebab jika saat berpuasa ia melakukan kemaksiatan maka sia-sialah pahala dari puasanya tersebut. Dengan bantuan puasa hati menjadi lebih kuat dalam mengendalikan hawa nafsu manusia. Ketiga, yakni sholat malam. Aktivitas sholat ini termasuk aktivitas yang mulia, sebab tidak banyak orang-orang melakukannya secara rutin di setiap harinya. Maka dengan seringnya seseorang melakukan sholat malam akan menjadikan seseorang lebih dekat dengan Rabbnya. Segala permasalahan yang mengakibatkan sakitnya hati akan lebih mudah diambil sakitnya bersebab kedekatannya kepada Sang Pencipta.

Keempat, berdoa dan berzikir di akhir malam. Dengan merendahkan diri di hadapan Allah disertai do’a dan zikir di akhir malam secara khusyu dan istiqomah dipastikan hati merasa tenang. Sebab selalu merasa dalam pengawasan Allah. Kelima, yaitu sebagai pamungkas ialah berkumpul atau bermajelis dengan orang-orang saleh. Hadirnya kita dalam lingkungan tersebut bisa saling mengingatkan dalam kebaikan dan mengingatkan jika kita berbuat kesalahan. Lingkunganpun sangat memberikan kontribusi besar dalam perilaku kita, salah memilih lingkungan berakibat bermasalah pula dalam menjalani kehidupan.

Banyak kasus yang terjadi, contohnya ada seseorang yang sebelumnya ia tidak pernah merokok tetapi setelah hadir di lingkungan yang lumrah merokok, maka ia pun akan merasa tidak nyaman jika tidak merokok juga. Kedekatan dengan kawan-kawan seperlingkungan akan semakin terasa jika ia melakukan aktivitas atau perilaku yang sama dengan mereka.  Itulah solusi-solusi yang diberikan Imam Nawawi dari seorang ulama bernama Ibrahim Al Khowash agar hati samakin sehat dan iman semakin kuat. Wallahu’alam.

Editor: Rafi