Istilah  “Santri” sudahlah tidak asing lagi dalam negeri ini,jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka, para santri telah ikut berperan aktif dan menjadi garda terdepan dalam melawan para penjajah yg keji. Bermodal keyakinan dan semangat yang tinggi sehingga dapat menjadi agent reformasi, berjuang dengan sepenuh hati demi mempertahankan keutuhan NKRI.

Karena perannya yang begitu besar sampai detik ini kita masih mengenang perjuangan dan jasa-jasa mereka melalui adanya peringatan hari santri nasional tepatnya pada tanggal 22 oktober ,santri siaga jiwa dan raga untuk membela tanah air,mempertahankan persatuan Indonesia,dan mewujudkan perdamaian dunia.Tidak hanya itu lho! para santri  juga berperan sebagai penerus baginda nabi dan menjadi hero penyelamat bumi.

nabi kita telat wafat,tapi ingat nabi pernah bersabda “al ‘ulama warotsatul anbiya’ ulama adalah pewaris para nabi kemudian siapa lagi yg dapat menggantikan ulama selain santri?

Umumnya, santri diidentikan bagi seseorang yang tinggal di pondok pesantren, kesehariannya mengaji dan suka antri, antri makan,,antri mandi dan sebagainya, bermodal sarung dan peci meraka tetap percaya diri,berakhlak mulia,sopan santun kepada kyai, namun sejatinya setiap orang yang berahklak dan berperilaku seperti santri dialah seoarang santri,meskipun dia tidak tinggal di suatu pondok pesantren

Di balik seorang santri yg memiliki adab dan budi pekerti yg luhur,meraka ternyata meneladani akhlak agung baginda nabi Muhammad saw, dimana tujuan beliau di utus ke muka bumi tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yg baik, seorang mua’allim (guru) yg menjadi panutan alam semesta khususnya kita selaku umat manusia, beliau laksana lentera yg menyinari gelapnya bumi,laksana hujan yg menyirami tandusnya tanah ini,kehadiran beliau di tengah umat manusia membawa kemajuan peradaban yg mulia,beliau juga sosok yg penyanyang, berhati lembut dan sangat mencintai umatnya

Bukti saking cintanya nabi kepada umatnya, beliau selalu mendoakan dan menghabiskan waktunya untuk kemaslahatan umatnya, bahkan di akhir hayatnya ketika Allah Swt memerintahkan  malaikat Izrail untuk mencabut nyawa rosul,pada saat hembusan nafas terakhir yg di ingat beliau tak lain hanyalah umatnya,ketika  rasa sakit yg begitu dahsyat dan ruh sudah mulai terlepas dari jasadnya, kata-kata yg terakhir di ucapkan beliau ialah, “ummati..ummati..ummati”, sekarang tanya ke hati kita, sudahkan kita mencintai nabi?

Sebagai generasi masa kini,apalagi seorang santri,kita harus menanamkan rasa cinta yang kuat kepada nabi,karena rasa cinta beliau begitu besar kepada para umatnya,lantas dengan cara apa kita membalas cinta tersebut? Umumnya, perasaan cinta itu muncul melalui pandangan mata atau yg sering kita sebut pandangan pertama

Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa cinta itu dari mata turun ke hati, ungkapan ini jelaslah salah ketika di terapkan dalam konteks cinta kepada nabi, karena jika cinta itu dari mata turun ke hati,berarti kita selamanya tidak pernah cinta kepada nabi,karena apa? karena mata ini tidak pernah melihat nabi,dan jika cinta itu dari mata turun ke hati,berarti orang buta tidak pernah merasakan indahnya cinta,tapi yg benar adalah cinta itu dari hati naik ke mata,walaupun orang itu buta, tapi kalo hatinya sudah cinta ia tak akan lagi peduli tentang apa yg ada di depan mata.

Maka kita ambil kesimpulan bahwa mencintai itu tidak harus melalui indera penglihatan, terkhusus untuk mencintai nabi,karena memang kita tidak pernah berjumpa dengan nabi,walaupun demikian, masih banyak alternative atau cara lain untuk mencintai baginda nabi,salah satunya, ialah dengan bersholawat,

waktu itu bagaikan pedang ,jika kita tidak bisa menggunakannya dengan baik maka waktu itu sendiri yg akan menusuk diri kita,jadikanlah setiap detiknya sebagai sarana taqorrub ilallah (mendekatkan diri kepada allah swt) dengan cara di gunakan untuk ajang fasstabiiqul khoirat atau berlomba-lomba dalam hal kebaikan.

Imam syafii pernah mengatakan kun rojulan fii tsaroo wahammatu himmatihi fiis tsurooya jadilah kamu orang yg menapakkan kakinya di bumi,tapi cita-citanya melambung tinggi di atas bintang tsuroya,belajarlah !selagi masih ada masa untuk belajar,sebelum ilmu itu sirna dari dunia ini,sirnanya ilmu karena meninggalnya para ulama’ ,karena Allah Swt sejatinya tidak akan mencabut semua ilmu secara langsung, melainkan dengan mencabut nyawa para ulama

Lantas siapa lagi yg akan menggantikan para ulama kalo bukan kita para pemudaj? Maka dari itu gunakan waktu sebaik-baiknya, jangan sia-siakan moment ini, karena satu detiknya sangatlah berharga bagi mereka yg sadar akan pentingnya hidup ini.walaupun kita semua tidak berjumpa dengan baginda nabi Muhammad saw,namun tetap mengikuti perkataan,sikap dan perilaku nabi,niscaya kita di akui sebagai umatnya. Masa depan membutuhkan pemuda yg berwawasan, tanpa takut berjuang.

Oleh: Faqih Firdaus (Mahasiswa Ilmu Hadis)