Saat masalah datang, ujian hidup menimpa. Dunia rasanya menjauh, sementara para penghuni bumi seakan bersikap dingin, semua orang menjauh. Serasa hidup sendiri di dunia yang luas, namun masalah entah mengapa membuatnya menyempit , bahkan hanya sekedar untuk bernafas saja rasanya susah.
Bukan tanpa perlawanan, usaha tetap dilakuakan untuk menantang setiap masalah yang datang, namun apa daya bukan hati tak ingin memeluk gunung, hanya apalah daya tangan tak sampai. Merasa lemah, tak berdaya, masalah lebih besar dari yang bisa kita bayangkan dan hadapi. Hanya satu kata yang selalu terbesit dalam hati “Jangan patah.”
Mungkin sebuah kisah mashur, cerita yang dijadikan analogi sederhana tentang bagaimana gambaran mentalitas kita tatkala menghadapi berbagaimacam problematika kehidupan, bisa membuat kita berpikir lebih terbuka lagi, tentang bagaimana perjalanan sebuah wortel, telur dan kopi saat dihadapkan pada masalah yang sama.
Diceritakan seorang anak mengeluhkan permasalahan yang dialaminya kepada ayahnya, si ayah mengajak anaknya ke dapur, lantas dia menyalakan api, meletakan tiga buah panci, mengisi masing-masing panci itu dengan air dan memasaknya.
Setelah air di tiga panci itu mendidih, lantas si ayah memasukan kedalam masing-masing panci itu tiga benda berbeda, panci pertama diisi wortel, panci kedua diisi telur dan panci ketiga dimasukan beberapa biji kopi.
Selang beberapa waktu, si ayah mematikan api kemudian mengeluarkan benda-benda yang direbusnya, lalu meletakannya diatas piring. Si ayah berkata “Bagaimana menurutmu ketiga benda ini nak?” si snak diam.
“Lihat wortel ini”, lanjut ayahnya menjelaskan “Sebelum dimasukan kedalam panci, wortel ini amat keras tapi setelah dimasukan kedalam air panas dia menjadi lembek lunak. Disisi lain telur setelah dimasukan kedalam air panas yang tadinya rapuh sekarang mejadi keras. Sementara kopi tetap tapi membuat air pada panci hitam dan meninggalkan aroma yang harum khas kopi.”
Begitulah gambaran mentalitas kita saat dihadapkan pada masalah. Air panas dianalogikan sebagai masalah, orang yang awalnya kuat, tegar, mandiri, tapi saat dihadapkan pada permasalahan dia menjadi lemah, persis seperti wortel tadi. Jangan juga kamu seperti telur masalah telah membuatnya menjadi sosok egois dan keras kepala.
Semenara kopi, ketika kita masukan dia kedalam air panas dia tetap kopi dengan identitasnya yang sejati sebagai kopi. Tetap sama, bukannya terpengaruhi dan terhanyut oleh masalah, justru dia mampu memberikan warna yang berbeda dan bahkan menebar keharuman keseluruh air dalam panci.
Kita harus seperti kopi yang saat dihadapkan pada kondisi apapun tidaklah masalah, fisiknya boleh kecil, tapi dia memberi warna dan aroma yang menyenangkan bagi banyak orang, itulah kopi seakan dengan bangga dia berdiri dihadapan orang-orang yang meragukan fisiknya, kemudian dengan lantang dia berkata “Hitam gak masalah, yang penting mahal!” teriaknya.
Oleh : Kurniawan Aziz (Praktisi Mageran, Mahasiswa Ilmu Hadis UIN Bandung)