Peristiwa yang memilukan di awal tahun ini ternyata tidak terjadi sekali dua kali. Rentetan bencana yang cukup menyayat hati ini menjadi headline media-media dalam negeri. Beberapa daerah dikabarkan tertimpa bencana baik kecil maupun besar, baik berakibat korban jiwa maupun hanya sekedar menimbulkan kepanikan. Beban akibat pandemi yang cukup menguras keringat perekonomian bagi korban yang tertimpa bencana awal tahun ini akhirnya menambah berat ujian hidup bagi mereka.

Serangan fisik maupun psikis bercampur aduk menghantui saudara-saudara kita yang terdapak. Bagi mereka yang lemah iman mungkin akan banyak terjadi hal-hal yang tidak seharusnya terjadi. Penjarahan atau perampasan terhadap sesama untuk bertahan hidup bisa dikatakan sangat riskan terjadi diberbagai wilayah bencana. Hal ini dibuktkan dengan beredarnya video penjarahan yang mulai ditemukan di media-media nasional.

Berkaitan dengan keadaan bencana yang menghantui seperti saat ini. Perlu kita sedikit renungkan apa yang sesungguhnya terjadi di balik bencana ini. Apakah kehadiran bencana tersebut bersebab karena sesuatu yang salah dengan diri kita? Ataukah bencana yang melanda ini merupakan murni fenomena alam yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan sikap atau perilaku kita sebagai manusia.

Mengenai pandangan tentang penyebab dari bencana yang terjadi ini bisa kita bagi ke dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama ialah mereka-mereka yang secara total berpendapat kehadiran bencana ialah karena ulah fenomena alam dimana sebab akibatnya bersifat alamiah. Tidak ada keterlibatan Tuhan terhadap kejadian tersebut. Walaupun mereka masih percaya Tuhan tetapi mereka berpemahaman bahwa bencana yang terjadi bukan berkaitan dengan kesalahan manusia atas pelanggarannya terhadap perintah dan larangan Tuhan. Kelompok kedua ialah kebalikan dari kelompok yang pertama. Seorang ilmuwan muslim yang pemahami benar dasar keIslaman dan prinsip-prinsip dasar manusia sebagai makhluk dan hamba Tuhan pasti menyatakan dibalik terjadinya bencana tersebut keterlibatan Tuhan pasti ada, yang bersebab oleh ulah manusia yang bermasalah terhadap kewajibannya sebagai makhluk dan hamba Tuhan.

Lebih mendalam lagi berkaitan dengan pandangan tersebut, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam artikelnya di kolom Misykat Jurnal Islamia Harian Republika (21/01) menjelaskan bahwa bencana terbagi ke dalam dua tipe. Tipe pertama bencana terjadi karena ulah tangan-tangan manusia secara langsung (QS. Ar-Rum: 41, As-Syuara: 30). Tanah longsor karena penggundulan hutan, banjir karena sampah yang menyambat aliran air, kecealakan lalu lintas karena melanggar rambu-rambu, dan hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan ulah manusia.

Tipe kedua ialah bencana yang terjadi bukan ulah manusia secara langsung, melainkan sebagai hukuman Tuhan terhadap kedzaliman manusia. Bencana-bencana besar seperti gempa, tsunami, dan bencana-bencana lainnya berpotensi disebabkan karena kedurhakaan manusia terhadap Tuhan. Kedurhakaan atau kedzaliman tersebut bisa bermakna kedzaliman manusia pada diri sendiri yakni melakukan kemaksiatan dan kedzaliman kepada manusia yang lain yakni menganiaya, merugikan orang lain dan atau menyengsarakan rakyat.

Berkaitan dengan bencana tipe bencana nomor dua di atas banyak kasus yang terjadi sebagaimana telah disebutkan dalam quran mengenai kisah orang-orang terdahulu. Bagaimana mereka binasa karena perilakuku mereka yang durhaka terhadap Tuhan dan utusan-Nya. Kaum ‘Ad dibinasakan melalui angin dahsyat karena mengolok-olok Nabi Hud, Kaum Nabi Nuh yang dibinasakan dengan banjir besar karena ratusan tahun kaumnya mendustakan dan menperolok Nabi Nuh, Kaum Nabi Luth yang dibinasakan dengan gampa yang menimbun mereka sebab melakukan kedurhakaan berupa perilaku menyimpang.

Hari ini perlu kita insafi dan muhasabah bersama melihat banyaknya bencana yang masih menghantui. Semakin banyaknya bencana maka akan semakin banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Sudah bukan zamannya lagi kelompok ilmuwan yang mengesampingakan peranan Tuhan tetap dianggap sebagai jalan solusi. Sudah saatnya ikhtiar yang kita bangun untuk mencegah hadirnya bencana tidak hanya bersifat fisik tetapi juga bersifat metafisik atau spiritual seperti ditulis Dr. Budi Handrianto dalam Jurnal Islamia Harian Republika (21/01). Untuk menghadapi musibah superberat seperti saat ini, mereka (Ilmuwan Muslim) akan menyarankan para pemimpin untuk bertaubat dan mengajak rakyat bersama-sama taubat. Dengan ikhtiar spiritual disamping ikhtiar fisik yang telah berjalan sebelumnya, maka Allah tidak akan pernah memilihkan jalan yang salah kepada setiap hamba-Nya.

Jika hamba-Nya dzalim, maka hadirnya bencana yang mematikannya ialah bentuk pemutus atas kedzalimannya. Jika hamba-Nya sholeh, maka hadirnya bencana yang mematikannya ialah bentuk kasih sayang atau hadiah dari Allah kepada kekasih-Nya tersebut. Jika hadirnya bencana tidak mengakibatkan kematian maka bencana tersebut ialah ujian, pelajaran, dan peringatan dari Allah kepada setiap hamba-Nya. Semoga Allah selalu menunjukkan jalan terbaik bagi kita dan dapat menyikapi setiap peristiwa dengan penyikapan terbaik sebagai seorang hamba yang baik. Waalahu’alam.