Jatuh cinta adalah sebuah ungkapan yang sering dilontarkan oleh para remaja. Cinta hadir tanpa diminta. Cinta tumbuh begitu saja. Hakikat cinta pun sejujurnya suci nan Agung. Tapi banyak hal yang merubah hakikat cinta sehingga berbagai permasalahan muncul atas nama cinta (katanya). Menurut penelitian, orang yang jatuh cinta hanya berlangsung 3-4 bulan saja, jika lebih dari itu maka itu sudah masuk ke dalam tingkatan sayang. Namun anehnya, banyak orang yang tidak dapat bertahan dalam rentan waktu tersebut. Apa sebabnya? Mungkin kita banyak mendengar tentang sebab-sebabnya tetapi salah satunya adalah kurangnya rasa syukur.
Ketika kita sudah memutuskan untuk mencintai seseorang, sudah selayaknya rasa syukur muncul di dalamnya sebagai penguat untuk tak hanya sekadar ungkapan “aku cinta kamu” saja. Karena cinta itu sensitif, sekali saja tersentuh oleh kebohongan maka selamanya cinta tak lagi suci. Tapi yang tak suci bukan hakikat sebenarnya cinta melainkan fisik yang membalut cinta tersebut. Sepatutnya mencintai bukan untuk ajang main-main atau ajang unjuk gigi kepada teman-teman atau yang lebih parahnya sebagai taruhan keisengan. Melainkan mencintai adalah proses dimana kita menyalurkan rasa syukur kita karena telah diberi rasa cinta oleh Tuhan dengan mencintai mahluk-Nya. Jika setiap orang mempunyai pandangan seperti itu, maka permasalahan yang disebabkan oleh cinta itu tidak akan pernah ada.
Mencintai seseorang cukuplah sewajarnya. Jangan sampai karena alasan mencintai, orang rela bunuh diri, membunuh sesama dan melakukan hal-hal yang di luar rasionalitas. Ini lebih pantas disebut cinta yang kelewatan. Dengan rasa syukur tersebut, orang tidak akan seenaknya mempermainkan cinta atau hanya mengungkapkan “aku cinta kamu”, lalu pergi meninggalkan. Orang akan lebih berhati-hati dalam bertindak, mungkin saja tindakannya memang didasari cinta atau hanya ambisi semata. Harus diingat ya gais! kita itu terlahir dari cinta, masa mau bertindak tanpa cinta, kan aneeh? Hehe.
Oleh: Fatim Al Mumtaz
Editor : Rafi