Hari-hari senantiasa berjalan seperti biasanya. Musim silih berganti, bunga-bunga yang berjatuhan tergantikan oleh tunas baru. Sinar matahari memenuhi ruangan kamar menyambut pagi sang pemilik selimut. Hidup berjalan seperti itu seakan menjadi sebuah keluhan seseorang saat hendak beranjak dewasa, kerap kali mendapati dirinya yang seperti diam di tempat, sementara orang lain telah pergi jauh melampaui dirinya. Bahkan ditambah stigma negative tentang dirinya “Si pendosa!”, serangkaian khilaf dan kesalahan yang telah diperbuat menjadikannya merasa seakan tidak akan bisa melebihi seseorang yang maju sejak awal.
Para nabi adalah orang-orang yang sukses dunia akhirat, mereka adalah orang-orang yang memiliki intelektual tinggi, bahkan sebelum diangkat menjadi nabi mereka adalah insan yang terbaik. Tetapi, tahukah kamu, bahwa kendati demikian, para nabi bukan lah orang yang sepanjang hidupnya diberi kemudahan, justru bahkan sebagian besar nabi di uji oleh Allah dengan ujian-ujian berat. Ujian yang beragam dari mulai ujian pada dirinya berupa penyakit, ada yang di uji dengan hartanya, ada yang diuji dengan anak dan istrinya dan lain sebagainya, bahkan dalam perjalanan menyeru manusia untuk menyembah Allah, tak jarang nyawa mereka terancam.
Mungkin kita bisa berkata “Iya lah mereka hebat, kan mereka itu nabi!”. Jika pemikiran ini jadi patokan dalam diri kita, tentu kita akan insecure dihadapan orang-orang yang sudah dicap kebaikan dan kehebatannya. Tapi justru tidak demikian, para nabi juga manusia biasa sama seperti kita, bahkan mungkin ujian yang diterima para nabi jauh lebih berat dan terjal dari apa yang pernah kita alami semasa hidup.
Kita juga kadang sering termakan rumor-rumor fiktif yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Seperti halnya stigma tentang anak broken home yang kadang kita cap nakal, dan masih banyak lagi cerita-cerita fiktif lainnya. Sudah seharusnya pemikiran para remaja beralih pada hal yang lebih realistis, dan melihat kenyataan yang sudah ada jaminannya.
Ada sebuah hadis riwayat Abu Hurairah r.a, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tatkala Allah menciptakan makhluknya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas Arsy’, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” Juga hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad yang berbunyi “Sesungguhnya Allah Tidak mentakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” Dari kedua hadis ini kita bisa tau bahwa saat mengalami kejadian yang dirasa dunia ini tak adil padanya, perlu diingat bahwasannya bukan dunia yang salah, bukan Allah SWT yang tidak ingin menghendaki yang dia inginkan, tetapi pola pikir dan usaha dia yang salah. Selama ada keinginan untuk berubah maka tidak ada kata terlambat untuk memperbaikinya. Jika kamu merasa serba salah, mungkin Berikut 5 hal ini bisa memotivasi kamu.
- Kesadaran Diri Bahwa Bukan Hanya Kamu
Jika kamu merasa kesepian karena tak ada yang bisa benar-benar mendengarkan dan mengerti perasaanmu, maka ketahuilah bahwa saat-saat itu ternyata nampak bahwa semua manusia memiliki kekurangan. Manusia yang lainnya juga memiliki kesulitan dan kesusahan yang beratnya sama sesuai kadar kemampuan diri mereka. Maka, cukuplah Dzat yang tidak memiliki kesulitan yang dapat mendegarkan kesulitanmu. Cukuplah Dia yang sangat mengetahui tentang dirimu lebih daripada dirimu sendiri. Ini semua berdasarkan pada sabda Nabi Saw yang artinya “Barang siapa yang bangun di pagi hari kemudian mengadukan kesulitannya kepada sesama (manusia) maka dianggap telah mengadukan Tuhannya (tidak rela dengan takdirnya)….” Karena kamu produk buatannya, pada dasarnya seperangkat software dan hardware dirimu juga hanya dia yang punya bukan? Jika mobil buatan Honda saja jika rusak dikembalikan kepada pabrik pembuat Honda, apakah pabrik selain Honda bisa mengatasi masalah mobil itu?
- Pahami Kelemahan dan Keterbatasan Diri
Tak apa jika dirimu tidak bisa menguasai segala hal. Sangat tidak mungkin ada seseorang yang menguasai segala hal. Rasulullah pun kerap menyerahkan urusan pertanian kepada ahlinya dari kalangan sahabat. Bukti apa lagi yang kamu butuhkan jika setiap orang itu tidak akan bisa menguasai segala hal? Apalagi jika kamu sampai menuntut dirimu untuk sesuai dengan kemampuan orang lain, kenapa? Nabi Saw Bersabda diriwayatkan oleh Imam Bukhori “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” Kamu hebat kok jika menguasai apa yang kamu sukai. Kamu pun hebat jika kamu bersyukur dengan kemampuan yang ada, karena dengan begitu kamu akan Allah tambah kemampuan lebih lainnya saat kamu bersyukur.
- Kembali Pada Rute Perjalanan yang Benar
Tak apa saat kamu merasa kehilangan arah. Itu bagus karena artinya kamu sadar bahwa kamu bukan berada di jalan yang benar, kamu sadar bahwa arah yang sedang kamu tempuh tidak sesuai dengan tujuan akhirmu. Pada akhirnya, kamu hanya harus mencari jalan yang dapat menyampaikanmu kepada tujuan. Bukankah seseorang yang tersesat dijalan, kemudian menggunakan Google Maps puna kan mengalami sedikit kesulitan menentukan dimana jalan itu? Maka tugas sealnjutnya yang tak kalah penting adalah kamu harus mencari penunjuk arah terbaik. Lalu siapa lagi selain orang-orang yang kau harapkan senyumannya dan cita-citamu?
- Semua Orang Sepesial Dalam Hal Tertentu
Tak apa saat seseorang menduduki tempat tertentu. Ketika kamu tidak berada di posisi yang sama dengan seseorang bukan berarti kamu tidak mampu. Hanya saja tempatmu bukan disana, atau mungkin dari lubuk hati yang terdalam kamu memang tidak menginginkannya. Jangan terperdaya dengan junjungan orang terhadap posisi jabatan dan pangkat. Kejarlah apa yang benar-benar menunjukkan dirimu. Gapailah sesuatu dengan kemampuan yang kamu miliki dan hargailah itu. Ketika kamu menghargai dirimu, orang lain akan menghargai dirimu juga.
- Introveksi dan Perbaiki Diri
Saat kamu telah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, jangan ciptakan penjara untuk dirimu sendiri, jangan kurung kebaikanmu hanya karena kesalahan yang kamu perbuat. Kamu masih memiliki lembaran hari esok yang bisa kau tuliskan hal-hal baik lainnya. Dirimu itu makhluk yang tidak memiliki kepastian suci, karena yang suci hanyalah malaikat. Tetapi dirimu juga tidak memiliki kepastian si pendosa karena yang selalu berbuat dosa hanyalah setan. Manusia itu Allah ciptakan pertengahan, jadi wajar saja kamu terkadang condong kepada salah satunya. Masalahnya hanyalah kemauan kamu untuk menggali mutiara lebih dalam setelah kamu menemukan bangkai yang terkubur. Persoalan utamanya hanyalah seberapa butuhnya kamu mencharger hp ketika baterainya sudah habis karena kamu gunakan.
Dalam hidup ini, setiap orang yang sukses akan selalu ada cerita gelap dalam hidupnya. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang Allah ingin hendaki kebaikan padanya, maka dia pasti akan diuji.” Entah diujinya itu karena keadaan, ataupun dengan ulah perbuatannya agar supaya dia bisa mengambil hikmah.
Terakhir, perlu diingat bahwa perjuangan seseorang yang telah jatuh, yang dimulai dari keterpurukan, ataupun seseorang yang dosanya sebesar bumi dan isinya itu akan jauh lebih berharga dan Allah sukai karena dia berhasil melewati soal-soal yang sulit ketimbang perjuangan seseorang yang hanya diberikan cahaya terus menerus dalam perjalanannya, atau dibandingkan seseorang yang hanya menempuh rintangan yang mudah saja. Ini sesuai dengan pernyataan Nabi Saw dalam hadis riwayat Anas r.a yang artinya “Sesungguhnya besar balasan (hasil) itu tergantung besarnya bala”. Hidup ini penuh dengan ketidakpastian, tapi karena itulah manusia menjadi unggul karena mereka ingin memastikan sesuatu dibalik semua ketidakpastian di masa yang akan datang.
Penulis : Olivia Noufal Layla