Samar.ID – Dalam rangka memeriahkan tahun baru Islam, warga Desa Mukapayung Kecamatan Cililin Bandung Barat berbondong-bondong mengadakan pawai obor bersama pada hari selasa kemarin (18/07/2023). Acara berlangsung setelah maghrib hingga sekitaran jam 8 malam.
Siangnya warga bersiap mulai dari menebang dan membagi batang bambu menjadi beberapa bagian, sampai pada pembuatan obor yang mereka gunakan malam harinya. Mulai dari persiapan serta saat acara berlangsung warga mendapat bantuan dari mahasiswa KKN Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Berbagai usia dan kalangan menghadiri kegiatan terebut. Seluruh peserta pawai mengelilingi desa sambil membawa obor dan bersholawat bersama. Beberapa aparat keamananpun mengamankan acara pawai ini.
Pawai obor merupakan suatu budaya pada beberapa wilayah dalam memeriahkan tahun baru Islam atau menyambut kedatangan bulan Muharram, tahun baru Hijriyah. Pawai obor juga menjadi ajang untukumat muslim warga desa Mukapayung berkumpul bersama sehingga terjalin silaturahmidi antara mereka. Kemeriahan pawai membawa suasana kebahagiaan dalam menyambut tahun baru Islam, serta mempersiapkan perubahan menuju lebih baik lagi.
Bukan hanya pawai obor saja melainkan terdapat kegiatan ceramah di masjid dan acara seperti marawisan, khutbah, dan lainnya di tempat yang sengaja disiapkan berupa pemasangan panggung dekat pasar desa Mukapayung.

Berbagai sumber membahas mengenai makna dari pawai obor dan salah satunya dilansir dari medcom.id, bahwa makna dari pawai obor diantaranya: Pertama, adapun obor tersebut menyimbolkan simbol cahaya yang menerangi jalan menuju kehidupan yang baru dan lebih baik.
Kedua, acara yang bermakna rasa syukur dan harapan. Dimana dalam acara pawai obor tersebut umat muslim seraya bersama-sama mengungkapkan rasa syukur dan harapan. Ketiga, menjalin kebersamaan. Keempat, menguatkan keyakinan dan semangat dalam menjalankan serta menyebarkan ajaran islam.
Kelima, penghormatan akan sejarah. Penetapan bulan muharram sebagai awal bulan pada tahun hijriyah yang bertepatan pada hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.
Penulis : Amalia Hani Puspita