Syeikh Ali Jaber diserang oleh seorang single fighter yang bernama Alfin, dengan menusukkan pisau dapur kepada lengan atas Syeikh Ali Jaber. Beruntung dalam penyerangan tersebut tidak ada korban jiwa, namun lengan Syeikh Ali Zaber cedera dan mendapatkan perawatan medis, sementara sang single fighter babak belur karena terkena baku hantam baik secara langsung oleh jama’ah yang ada di lokasi, maupun secara virtual oleh para netizen indonesia bahkan luar negri.

Single fighter ini sungguh sial, karena dia sesungguhnya sedang berhadapan dengan seorang Pendekar Tapak Suci. Insting pesilat Syeikh Ali Jaber cukup scary scary delicious (ngeri ngeri sedap). Karena instingnya tersebut, beliau dapat meminimalisir kemungkinan terburuknya. Seperti yang beliau katakan di depan pers, bahwa single fighter ini terlihat hendak menusuk bagian dada Syeikh Ali, namun qadarullah beliau cepat menyadari akan terjadinya hal tersebut, sehingga Syeikh Ali dapat menangkis serangan tersebut dan hanya mengenai lengan kanannya.

Sesungguhnya penulis merasa kasihan kepada si Alfin sang Single fighter ini. Di dunia disiksa, dihakimi, dicaci, diasingkan, dan dihinakan, belum lagi di akhirat –jika masih belum tobat– akan di siksa karena mencoba membunuh seorang ulama. Mungkin ini yang menjadi alasan mengapa tingkat kejahatan di Indonesia terus meningkat, bukannya berkurang.

Coba kita check di medsos yang memposting kejahatan, apa yang kita dapat? Cercaan untuk si pelaku, dan doa untuk si korban, ya kan? Kemudian kita check atau apa yang akan kamu lakukan ketika melihat sebuah kejahatan, lalu si penjahat ada di depan kamu dalam keadaan yang tak berdaya karena di gebukin warga, kamu akan kabur atau ikut baku hantam?

Sebagian besar netizen yang ada di Planet Namek, pasti akan sibuk mencaci maki, menghujat, menjatuhkan, bahkan hingga membunuh karakter pelaku yang seharusnya tidak dilakukan bagi seorang muslim. Kita lupa senjata pamungkas kita sebagai Umat Muslim, yakni do’a. Do’a merupakan senjata paling ampuh dalam keadaan apapun, senang, susah, bahagia, sedih, sehat, sakit, kaya, miskin.

Kebiasaan netizen dalam menyikapi seorang penjahat bagaikan malaikat Izrail, sambil berkata “paeh siah!!!”. Sikap seperti ini lah yang tak boleh di miliki oleh seorang muslim, “kaya yang gk punya tuhan aja lu” seperti itulah kira-kira.

Belum lama dari kejadian singgel fighter yang netizennya barbar, Menteri Agama bapak Fachrur Razy di kabarkan positf covid. Apa yang kita dapatkan dari jempol-jempol tangan para netizen? Ya, cercaan dan makian, bahkan ada yang menjadikannya meme “pengen ketawa tapi takut dosa”. Hal ini di sebabkan oleh langkah Menteri Agama yang memotong dana BOS untuk madrasah dan pondok pesantren sebesar 100 ribu per siswa, dengan dalih pengalokasian dana untuk.kepentingan covid. Hal ini cukup ramai dibicarakan di kalangan masyarakat, hampir saja terjadi demo berjilid-jilid.

Tindakan Menteri Agama dikritisi oleh ketua Komisi VIII DPR pada rapat kompleks MPR/DPR RI pada selasa (8/9/20). Awalnya, ketua Komisi VIII DPR bapak Yandri Susanto menyampaikan keluhan pihak madrasah karena adanya pemotongan BOS, padahal Kemenag pernah berjanji tidak akan memotong dana BOS untuk madrasah. Namun setelah perdebatan panjang di rapat tersebut, Kemenag akhirnya membatalkan dan mengembalikan dana BOS madrasah yang pernah dipotong. Alhamdulillah.

Namun hal itu tidak ngefek ke netizen-netizen barbar kita, mereka terus mencaci maki Menag, menggunjing dan bahkan membuat fitnah jika Menag RI adalah antek-antek PKI. Ditambah lagi saat ini di kabarkan Menag RI terpapar covid, bukannya mendoakan agar lekas sembuh, malah yang keluar dari jempol-jempol tangannya adalah bentuk rasa puas, seperti “rasain, makanya jangan coba-coba ngusil santri”.

Kedua peristiwa di atas menggambarkan ke barbaran netizen Indonesia yang “gak ada akhlaq”. Hal inilah yang menurut penulis, mengapa tindak kejahatan dan para penjahat bertumbuh kembang, bukan karena faktor ekonomi atau pendidikam atau agama, tapi faktor ucapan-ucapan tidak baik yang menjadi do’a. Maka dari itu, jaga lisan kita, doakan yang terbaik untuk para penjahat para koruptor agar mereka bertaubat. Dan jangan lupa, do’akan negeri ini agar menjadi negeri yang benar-benar merdeka.

Mau di like boleeh kagak juga gak papa, yang penting, pastikan baku hantam kalian di warteg dekat kantor Menteri Agama di Jakarta – becanda…

Editor : Rafi Tajdidul Haq